Jumat, 17 Juni 2016

BUDIDAYA TANAMAN PADI SAWAH MENGGUNAKAN SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI)



I.   PENDAHULUAN

1.         Latar Belakang Masalah
Cara budidaya tanaman padi intensif dan efisien dengan proses management Sitem Of Rice Intensification (SRI) pemakaian yang berfokus pada pengelolaan Agroekosistem, ramah lingkungan yang berkelanjutan dan berbasis pada tanah, tanaman dan air.
Upaya meningkatkan pendapatan dari usaha tani padi sawah sudah lama dilakukan, namun demikian dalam kenyataannya produksi padi saat ini cenderung menurun. Ada beberapa hal yang menyebabkan persoalan tersebut diantaranya adalah :
·                Menurunnya kesehatan dan kesuburan tanah, kondisi ini perlu diperbaiki karena merupaan sumber kehidupan, kualitas tanah dan keseimbangan dengan kandungan bahan organik, mikroorganisme dan aktivitas biologi serta keberadaan unsur-unsur dan nutrisi adalah sangat penting untuk kelanjutan pertanian, begitu juga dengan kesehatan manusia berhubungan langsung dengan kesehatan tanah,
·                Kecenderungan potensi padi untuk berproduksi lebih tinggi ternyata mandeg dari beberapa pengalaman hal ini terjadi akibat dari proses budidaya yang belum memberikan kesempatan penuh pada padi untuk berkembang sesuai potensinya
·                Perilaku petani saat ini sudah jauh dari kearipan dalam memanfaatkan potensi lokal, misalnya jerami sebagai makanan mikroorganisme dalam tanah, kini lebih banyak dibakar atau dibiarkan saja. Pada hal ketika terjadi? Akan bisa dimanfaatkan untuk hidup dan berkembang baik dan hasil penguraiannya maka akan menghasilkan nutrisi bagi tanaman dan akan membaik sifat fisik tanah yang baik
·                Sebagai bahan kajian adalah “Apakah pelaku usaha tani menyadari semua persoalan diatas ? Oleh karena itu mungkin sudah saatnya kita melakukan proses  kesadaran tentang mulai rapuhnya alam pertanian kita, jangan biarkan terjadi proses penguraian lahan pertanian.

2.         Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan praktek lapangan ini yang berjudul Budidaya Tanaman Padi Sawah dengan System Of Rice Intensification (SRI) adalah :
a.         Untuk mengetahui tingkat produktivitas dan efesiensi tanaman padi dengan sistem SRI
b.         Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi dengan sitem SRI dengan mamanfaatkan potensi lokal
c.         Untuk mengetahui kondisi lahan yang sehat dan penerapan pengendalian hama yang berdaya saing tinggi pada tamanan padi dengan sitem SRI di Desa Besar II Terjun Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai




II.   GAMBARAN UMUM WILAYAH PRAKTEK LAPANGAN

1.         Sejarah Berdirinya Desa
          Pada zaman dahulu Desa Besar II Terjun terdiri dari dua kampung yaitu Kampung Besar I dan Kampung Besar II yang kebetulan di Kampung  Besar II terdapat sebuah air terjun yang terletak di perbatasan Dusun VII Desa Besar II Terjun dengan Desa Lubuk Cemara Kec. Perbaungan kemudian pada saat awal pemerintahan desa mulai dibentuk + tahun 1948 atas musyawarah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh-tokoh agama, maka di satukanlah Kampung Besar I dan Kampung Besar II menjadi satu desa berhubung kantor pemerintahan desa terletak di Kampung Besar II maka sesepuh kampung sepakat untuk menamakan desa ini menjadi Desa Besar II Terjun.
Kondisi Geografis Desa :
Desa Besar II Terjun termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Pantai Cermin yang terdiri dari 8 wilayah Dusun,masing-masing Dusun mempunyai lahan pertanian yang luas wilayah Desa + 600 Ha terdiri dari :
-           Wilayah Pertanian                 : + 400 Ha
-           Perkebunan Rakyat               : + 25 Ha
-           Pemukiman Penduduk         : + 95 Ha
Secara rinci peruntukan atau pemanfaatan lahan dapat dilihat pada tabel berikut ini :




No
Wilayah
Luas
1.
Sawah Irigasi
400
Ha
2.
Non Irigasi
15
Ha
3.
Perkebunan Rakyat
25
Ha
4.
Perkantoran
0,8
Ha
5.
Pemukiman
95
Ha
6.
Sekolah
1
Ha
7.
Tempat Ibadah
0,5
Ha
8.
Tanah Kuburan
1
Ha
9.
Jalan
15
Ha
10.
Lain-lain
37,42
Ha
Jumlah
644
Ha
Sumber : kantor kepala desa besar II terjun
2.         Potensi Umum
a.         Batas Wilayah
Batas
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Sebelah Utara
P. Cermin Kiri / P. Cermin Kanan
Pantai Cermin
Sebelah Selatan
Sukajadi / Lubuk Cemara
Pantai Cermin
Sebelah Timur
Sementara
Pantai Cermin
Sebelah Barat
Celawan
Pantai Cermin
Sumber : kantor kepala desa besar II terjun
b.         Luas Wilayah menurut Penggunaan
Konversi : 1 Ha = 10.000 m2 atau 1 m2 = 0,001 Ha
Jenis Penggunaan Wilayah
Luas (Ha)
1.          Pemukiman
80
Ha
2.          Persawahan
425
Ha
3.          Perkebunan
30
Ha
4.          Kuburan
3
Ha
5.          Pekarangan
15
Ha
6.          Taman
-
Ha
7.          Perkantoran
0,16
Ha
8.          Prasarana Umum Lainnya
600
Ha
Sumber : kantor kepala desa besar II terjun
c.         Tanah Sawah
Jenis Sawah
Luas (Ha)
1.          Sawah irigasi teknis
400
Ha
2.          Sawah irigasi ½ teknis
-
Ha
3.          Sawah tadah hujan
25
Ha
4.          Sawah pasang surut
-
Ha
Total Luas
425
Ha
Sumber : kantor kepala desa besar II terjun
d.         Tanah Kering
Jenis Sawah
Luas (Ha)
1.          Tegal / Ladang
-
Ha
2.          Pemukiman
80
Ha
3.          Pekarangan
15
Ha
Total Luas
95
Ha
Sumber : kantor kepala desa besar II terjun

III.   TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN DENGAN METODE SRI

1.         Budidaya Tanaman Padi dengan System Rice Of Intenfication (SRI)
a.         Pengelolaan Tanah dan Pemupukan
Untuk mendapatkan media tumbuh yang baik maka tanah diolah seperti tanaman biasa (dibajak, digaru kemudian diratakan), tetapi Pemupukan organik sebelumnya dikomposisikan terlebih dahulu, sehingga kita bisa mendapatkan kompos yang lapuk dan jadi. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi mikro organisme dalam tanah berkembang denga baik.
Komposisi bahan kompos yang cukup baik adalah :
·               Kotoran sapi (yang bercampur dengan kencingnya akan lebih baik) minimal 40%
·               Kotoran ayam maksimum 25%
·               Serbuk gergaji bukan dari kayu jati dan pohon kelapa sebanyak 25%
·               Abu dapur sebanyak 10%
Kebutuhan pupuk organik per hektar antara 7-10 ton. Pada saat penaburan pupuk organik dan meratakan tanah, air di jaga agar tidak mengalir supaya nutrisi tidak hanyut. Selanjutnya dipinggir dan ditengah petakan dibuat parit agar mudah mengatur air. Setelah tanah diratakan, air di jaga tetap mecak-macak jangan sampai kering, baik jika dilakukan selama 3-4 hari sebelum di tanami.
b.         Menyiapkan benih yang bermutu
Menyiapkan benih yang bermutu anggota KSP melakukan kegiatan ini pada benih yang dihasilkan secara tradisional maupun benih yang diproduksi oleh pengusaha (benih berlabel). Sedangkan kebutuhan per ha adalah 4,9-9 kg
c.         Membuat Persemaian
Persemaian untuk SRI dapat dilakukan dengan media pipit (besek) atau kotak. Hal ini memudahkan untuk pengamatan dan seleksi benih. Kebutuhan pipit adalah untuk pengamatan 60-70 buah ukuran 20 x 20 cm,kebutuhan pipit per 0,14 ha (420-490 buah/ha). Tanah dalam pipit sebagai media tumbuh benih dicampur dengan pupuk organik dengan perbandingan1 : 1.
d.         Tanah
Benih ditanam pada umur 7-10 hari setelah semai. Jumlah benih/lubangnya hanya satu (tanam tunggal) dan diangkat 1-1,5 cm, kondisi bareng maka akan bersaing satu sama lain dalam hal nutrisi, oksigen dan sinar matahari. Jarak tanam SRI baik jika ditanam dengan jarak tanam lebar antara lain 25 x 25 cm, 27 x 27 cm atau 30 x 30 cm. semakin lebar jarak tanam semakin meningkat jumlah anakan produktif, karena persaingan oksigen, energi matahari dan nutrisi semakin berkurang.
e.         Pemupukan dan Pemeliharaan
Pemupukan tanaman SRI hanya dipupuk dengan pupuk organik seperti diungkapkan diatas, diberikan pada pengelolaan tanah ke dua, selanjutnya pupuk tanaman hanya diberikan dengan menyemprotkan pupuk organik seperti Urea, TSP, dan KCL meupun pupuk an-organik lainnya. Demikian seluruh proses pengelolaannya adalah dengan cara pertanian ramah lingkungan menurut konsep pengendalian hama terpadu (PHT).
Dalam prakteknya cara tersebut adalah melalui pendekatan pengelolaan unsur agro-ekosistem. Untuk mengelola proses tersebut maka kemampuan petani dalam pengamatan sangat diperlukan, agar petani mampu mengambil keputusan pengelolaan yang tepat. Pemupukan lebih banyak menggunakan nutrisi alam dan kompos, begitu juga dengan pestisida yang digunakan lebih banyak menggunakan ekstrak bahan-bahan alami.
f.          Pengelolaan Air dan Penyiangan
Tanaman padi sawah berdasarkan praktek SRI ternyata tanaman air tetapi dalam pertumbuhannya membutuhkan air, dengan demikian maka SRI ditanam pada kondisi tanah yang tidak tergenan, dengan tujuan menyediakan oksigen lebih banyak di dalam tanah kemudian dimanfaatkan oleh akar.
Dalam keadaan tidak tergenang akar akan tumbuh dengan subur dan besar, maka tanaman dapat menyerap nutrisi sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu proses pengelolaan aiar dan penyiangan dilakukan sebagai berikut :
-           Umur padi 1-8 hari setelah tanam (hst) keadaan air macak-macak
-           Umur padi 9-1 hst digenang 2-3 cm, ini untuk memudahkan melakukan penyiangan, setelah disiang tanaman dikeringkan sampai umur 18 hst
-           Umur 19-20 hst tanaman digenang, ini untuk memudahkan penyiangan kedua
Selanjutnya pengeringan kembali dilakukan dan penyiangan dilakukan dengan interval yang sama sampai tanaman berbunga. Pada saat tanaman diairi dan setelah padi masak susu tanaman dikeringkan kembali sampai menjelang panen
g.         Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Pengendalian hama dilakukan dengan PHT yaitu dengan mengelola unsur agro-ekosistem sebagai alat pengendalian hama dan tanaman. Pada prinsipnya pengelolaan potensi usaha tani


h.        Panen
Tanda-tanda padi yang sudah waktunya untuk dipanen ditandai dengan warna padinya menguning seperti emas dan daunnya mulai menguning (kecoklatan) serta warna batangnya juga kekuning-kuningan (kering). Waktu panen sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah dengan menggunakan sabit bergerigi setelah disabit diangkat mesin pemisah antara jerami dengan padi, kemudian dilakukan pengeringan supaya kadar airnya lebih sedikit lalu siap untuk dijual atau dipasarkan.

2.         Pemasaran
Setelah petani panen hasilnya dijual di pasaran dengan harga antara Rp. 4.500,- hingga Rp. 5.000,- per kg yakni dengan varietas Mentik dan Ciherang. Dipasaran harga sangat jauh berbeda dengan halnya di Yogya sampai mencapai Rp. 7.800,- per kg.


IV.   PEMBAHASAN BUDIDAYA TANAMAN PADI DI DESA BESAR II TERJUN DENGAN METODE SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI)

1.         Hasil Praktek Lapangan
Upaya meningkatkan pendapatan dari usaha tani padi sawah sudah lama dilakukan. Namun demikian dalam kenyataannya produksi padi saat ini  cendrung menurun. Ada beberapa hal yang menyebabakan persoalan tersebut diantaranya adalah :
a.         Menurut kesehatan dan kesuburan tanah, kondisi ini perlu perbaikan karena tanah adalah sumber kehidupan. Kualitas dan keseimbangan tanah dengan kandungan bahan oraganik, mikro-organisme dan aktivitas biologi serta keberadaan unsur-unsur dan nutrisi adalah sangat penting untuk kelanjutan pertanian, begitu juga dengan kesehatanmanusia berhubungan langsung dengan kesehatan tanah. Persoalannya menurutnya kesehatan tanah saat ini sedang banyak dihadapi petani naum demikian banyak dari mereka belum menyadarinya. Hal ini menyebabkan prilaku usaha tani umumnya belum melibatkan unsur tanah dalam proses menentukan keputusan pengelolaan organisme pengganggu tanaman.
b.         Kecendrungan potensi padi untuk berproduksi lebih tinggi ternyata mandeg, dari beberapa pengalam hal ini terjadi akibat dari proses budidaya yang belum memberikan kesempatan penuh pada padi untuk berkembang sesuai potensinya.
c.         Penggunaan unsur kimia an-organik baik pupuk maupun pestisida pada umumnya semakin tinggi kecuali bagi petani yang telah mengikuti program PHT dan mempraktekkan dilahannya. Akibat penggunaan unsur kimia tersebut menyebabkan makro dan mikro-organisme yang ada dalam tanah tidak berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga menyebabkan aliran energi dari bawah ke atas permukaan tanah menjadi tidak seimbang. Keadaan ini menyebabkan suplay nutrisi dari tanah sengat kurang atau bahkan tidak ada maka akhirnya tanaman akan mengganggu suplay makanan dari kimia an-organik yang ditebarkan oleh petani seperti Urea, TSP, KCL, dll. Sementara rantai makan menjadi putus akibatnya musuh alami (MA) hanya menunggu makanan dari keberadaan hama. Karena jenjang hirarkhis MA lebih tinggi maka hama akan berkembang lebih pesat.
d.         Perilaku petani saat ini sudah jauh dari kearsipan dalam memanfaatkan potensi saat ini sudah jauh dar kearipan dalam memanfaatkan potensi lokal, misalnya jerami sebagai makanan mokro-organisme dalam tanah kini lebih banyak dibakar atau dibiarkan saja, pada hal ketika terjadi kerja sama dengan mikro organisme akan memanfaatkan untuk hidup dan berkembang biak dan dari hasil merubah sifat fisik tanah yang lebih baik.
Sebagai bahan kajian adalah apakah usaha tani menyadari semua persoalan diatas ? Oleh karena itu mungkin sudah saatnya kita melakukan proses penyadaran kesadaran tentang mulai rapuhnya alam pertanian kita, jangan biarkan terjadi proses penggunaan lahan pertanian.
Bila kita cermati perilaku pelaku usaha tani secara umum saat ini setidaknya ditemukan tiga pandangan yaitu :
a.          Pandangan I (perilaku pemberanasan)
Pandangan ini hanya berpikir bahwa dilahan sawah ada tanaman dan hama, untuk memenangakan persaingan, maka hama harus dibunuh. Oleh karena itu pestisidalah yang berkuasa untuk memusnahkan hama.
Yang menjadi masalah adalah ternyata pestisida tidak bisa mengentaskanmasalah yang disebabkan oleh hama, dampaknya hama menjadi kebal,peledakan hama tiba-tiba, pencemaran lingkungan terbunuhnya jasad bukan sasaran sehingga mengurangi keragaman unsur hayati, dan gangguan kesehatan manusia.
b.         Pandangan II (perilaku rintisan PHT)
Pandangan ini mulai ada kemajuan bahwa dalam lahan usaha tani ternyata ada serangga/makhluk hidup yang berguna maka keadaan ini perlu dimanfaatkan namun demikian jika hama dengan perhitungan ambang ekonomi tidak menguntungkan maka pestisida yang dapat menghancurkan serangan hama.
Jika dicermati lebih dalam ternyata yang berubah adalah soal waktu dan legalitas penggunaan pestisida karena ketika ambang ekonomi digunakan sebagai dasar penyemprotan maka dalam prakteknya belum memperhitungkan berapa musuh alami yang ada? Pandang perilaku ini sebenarnya memulai mempraktekkan pengelolaan unsur ekosistem, tetapi belum sempurna dan pada akhirnya tetap menggunakan pestisida
Dampaknya masih ada dan cenderung sama dengan pandangan dan perilaku kompensional yaitu hama menjadi kebal, peledakan hama tiba-tiba, pencemaran lingkungan, terbunuhnya jasad bukan sasaran sehingga mengurangi keragaman unsur hayati, dan gangguang kesehatan manusia
Dua cara pandang dan perilaku usaha tani diatas bukan konsep pertanian yang berkelanjutan, oleh karena itu kita harus berubah cara pandang dan perilaku holistic, seperti yang dituangkan pada cara pandang ke ke III
c.         Pandangan III (perilaku PHT seutuhnya)
Pandangan diatas menunjukkan bahwa agro-ekosistem itu merupakansatu sistem yang dinamis dan dapat dikelola, berangkat dari pemahaman tersebut maka pengelolaan usaha tani dilakukan dengan memanfaatkan potensi yang ada, dengan demikian tidak perlu banyak masukan dari luar. Konsep inilah yang menjadi jiwanya Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
Berkaitan dengan pengelolaan potensi yang ada, maka proses belajar diarahkan pada bagaimana petani mampu mengelola unsur agro-ekosistem sebagai sebuah potensi yang dapat dikembangkan. Pengelolaan unsur agro-ekosistem sebagai praktek pertanian yang ramah lingkungan anatara lain :
a.        Matahari
Matahari sebagai energi sangata potensial dan mendukung kehidupan di dunia ini yang di manfaatkan untuk mengurangi persaingan antara tanaman sehingga proses fotosintesis lebih sempurna untuk itu dapat dilakukan dengan mengatur jarak tanam yang tanaman tunggal
b.        Tanaman
Tanaman juga berpotensi untuk mempertahankan diri dari serangan hama dan penyakit jika tanaman tersebut sehat, supaya tanaman itu sehat perlu dikelola dengan menaman benih yang bermutu bukan benih yang berlabel dan memberikan pupuk dengan kandungan unsur makro dan mikro yang seimbang agar mendukung tanaman untuk tumbuh dengan sehat
c.         Mikro-Organisme
Agar mikro-organisme dalam tanah berperan lebih baik maka perlu makanan yaitu dengan cara pemupukan oleh bahan pupuk organik, kemudian mikro-organisme akan mengurai dan memberikan dampak yang baik yaitu menyediakan nutrisi bagi tanaman, menghasilkan humus yaitu tempat parkir unsur-unsur sebelum dimanfaatkan oleh akar tanaman dan dari proses terurainya pupuk organik maka akan memberikan efek :
·                Memiliki efek sebagai unsur gizi yang merupakan penyuplai unsur kecil dan unsur besar
·                Berfungsi sebagai humus stabil memperbaiki sifat fisik tanah
·                Berfungsi mempertinggi daya menyimpan pupuk bagi tanah dan mecegah menghanyutnya pupuk-pupuk serta mengatur pembagian unsur-unsur gizi
·                Berfungsi sebagai material penyanggah untuk memperlunak penghambatan oleh kadar asam tanah
d.        Air dan Oxygen (zat asam)
Pengelolaan air dapat dilakukan dengan cara mengendalikan penggerek batang pada stadia pupa maka melakukan pengelaban agar pupa mati terendam. Sedangkan untuk oxygen (zat asam) perlu dilakukan pengaturan, pengairan, pengeringan dan penyiraman yang berfungsi untuk :
·                Menyuplai zat asam yang cukup dan memperbaiki pertumbuhan
·                Menakan pertumbuhan batang padi karena penghisapan nitrogen dibatasi maka tangkai daun padi akan besar dan tebal, keras dan kuat serta memiliki daya tahan terhadap serangan hama penyakit
e.        Makro-Organisme (cacing dan serangga)
Perlakuan pengurangan air dan pupuk organik akan berfungsi juga untuk menghidupkan makro-organisme misal, cacing. Cacing akan hidup aktif ketika bahan organik banyak tersedia cacing akan memanfaatkannya, dalam aktivitas hidupnya cacing akan menggali lubang dan memindahkan bagian bawah tanah ke bagian permukaan tanah, dengan proses ini akan merubah struktur tanah sehingga tercipta ruang-ruang yang mana didalam ruang itu ada zat asam
f.          Musuh Alami dan Pengurai
Jika dilakukan pemupukan pupuk organik dan tidak melakukan penyemprotan dengan pestisida maka akan berjalan baik maka keberadaan musuh alami tidak hanya tergantung keberadaan hama tetapi makanan MA akan tersedia dari sedangga-serangga lain
g.        Hama Pengganggu
Jika hama dalam posisi populasi rendah maka hama akan berfungsi sebagai makanan musuh alami, untuk itu dari berbagai pengalaman misalnya hama wereng batang coklat, jika disemprot saat populsi rendah akan berkembang biak dengan pesat dan menimbulkan hoperburn.

2.         Permasalahan
          Permasalahan yang dijumpai dilapangan diantaranya adalah :
·                Masalah Tanah
Masalah ini sangat sering dijumpai dimana tanah yang mudah retak dikarenakan kurang air sehingga tanah tersebut mudah kering, padat serta keras diakibatkan karena tanah tersebut bercampur pasir sehingga tanah itu mudah menyerap air
·                Perlakuan Terhadap Tanaman
Setelah benih disemai maka petani mencabut bibit padi dari persemaian yang mana bibit tersebut mudah putus dengan akarnya. Sehingga diperlakukan kehati-hatian dalam melakukan pencabutan bibit. Jika bibit tersebut terlalu banyak ditanam maka tanaman tersebut akan menjadi sesak dan pengap.

3.         Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah yang dilakukan oleh kelompok tani adalah dengan cara bermusyawarah dengan Penyuluhan Pertanian Lapangan (PPL) sehingga PPL mampu memberikan solusi yang tepat untuk setiap masalah.
Pada umumnya tanaman padi dengan metode SRI ini dapat dilaksanakan walaupun tanpa irigasi yang tekhnis, karena tanaman dengan sistem ini sangat hemat air, dan dengan menggunakan bahan organik sehingga persemaiannnya pun bisa dengan cara lembab dan jarak tanam bisa lebar.
Sedangkan setiap1 lubang hanya 10 batang pun bisa ditanam dan penyiangannya pun dilakukan hanya 4 kali dan dengan SRI ini tanaman padi bebas dari sintetis, dengan hasil panen sangat memuaskan walaupun lambat perlakuannya.
Pada dasarnya banyak petani yang belum yakin bahwa tanaman SRI bisa dilaksanakan dan dapat meningkatkan hasil, karena tanaman SRI menggunakan bibit umur 7 hari dan sistem tanam 1 tunas/lubang dengan jarak diperpanjang seperti 25 x 25 cm, 30 x 30 cm atau 40 x 40 cm. Tidak menggunakan pupuk kimia juga tidak menggunakan pestisida kimia.
Pada umumnya tanaman SRI tidak terlalu tergantung dengan waktu, yang penting mengikuti aturan pada tertib tanam gunanya menjaga keserentakan tanam untuk antisipasi OPT (organisme pengganggu tanaman).


V.   KESIMPULAN DAN SARAN

1.         Kesimpulan
Hasil praktek lapangan yang dilaksanakan di Desa Besar II Terjun Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai tentang Budidaya Tanaman Padi dengan System Of Rice Intensification (SRI), Secara garis besar sangat menguntungkan baik petani dan lingkungannya, sementara tanaman SRI lambat perkembangannya karena belum ada rekomendasi dari instansi pembuat kebijakan. Jadi untuk itu diadakan pendekatan antara petani dan Instansi terkait.
2.         Saran
Untuk dapat meningkatkan produktivitas secara maksimal budidaya tanaman padi dengan sistem SRI, saran yang dapat disampaikan sebagai berikut :
a.         Untuk diterapkan secara luas ke petani dengan sistem SRI
b.         Dengan jalan pembelajaran kesetiap desa dan kesetiap kelompok tani agar maju perkembangan tanam padi dengan menggunakan metode SRI dengan modal yang tidak banyak.


DAFTAR PUSTAKA

Animus, 2005, Sistem Of Rice Intensification, Dinas Pertanian Sumut. Medan
Anonimus, 2006, Dasar Gagasan Tanaman Padi Metode SRI, Tabloid Pertanian Suara Alfa. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar