I. PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Masalah
Cara budidaya tanaman padi intensif dan
efisien dengan proses management Sitem Of Rice Intensification (SRI) pemakaian
yang berfokus pada pengelolaan Agroekosistem, ramah lingkungan yang
berkelanjutan dan berbasis pada tanah, tanaman dan air.
Upaya meningkatkan pendapatan dari usaha tani
padi sawah sudah lama dilakukan, namun demikian dalam kenyataannya produksi
padi saat ini cenderung menurun. Ada beberapa hal yang menyebabkan persoalan
tersebut diantaranya adalah :
·
Menurunnya kesehatan
dan kesuburan tanah, kondisi ini perlu diperbaiki karena merupaan sumber
kehidupan, kualitas tanah dan keseimbangan dengan kandungan bahan organik,
mikroorganisme dan aktivitas biologi serta keberadaan unsur-unsur dan nutrisi
adalah sangat penting untuk kelanjutan pertanian, begitu juga dengan kesehatan
manusia berhubungan langsung dengan kesehatan tanah,
·
Kecenderungan potensi
padi untuk berproduksi lebih tinggi ternyata mandeg dari beberapa pengalaman
hal ini terjadi akibat dari proses budidaya yang belum memberikan kesempatan
penuh pada padi untuk berkembang sesuai potensinya
·
Perilaku petani saat
ini sudah jauh dari kearipan dalam memanfaatkan potensi lokal, misalnya jerami
sebagai makanan mikroorganisme dalam tanah, kini lebih banyak dibakar atau
dibiarkan saja. Pada hal ketika terjadi? Akan bisa dimanfaatkan untuk hidup dan
berkembang baik dan hasil penguraiannya maka akan menghasilkan nutrisi bagi
tanaman dan akan membaik sifat fisik tanah yang baik
·
Sebagai bahan kajian
adalah “Apakah pelaku usaha tani menyadari semua persoalan diatas ? Oleh karena
itu mungkin sudah saatnya kita melakukan proses kesadaran tentang mulai rapuhnya alam
pertanian kita, jangan biarkan terjadi proses penguraian lahan pertanian.
2.
Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan praktek
lapangan ini yang berjudul Budidaya Tanaman Padi Sawah dengan System Of Rice
Intensification (SRI) adalah :
a.
Untuk mengetahui
tingkat produktivitas dan efesiensi tanaman padi dengan sistem SRI
b.
Untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi dengan sitem SRI dengan mamanfaatkan
potensi lokal
c.
Untuk mengetahui
kondisi lahan yang sehat dan penerapan pengendalian hama yang berdaya saing
tinggi pada tamanan padi dengan sitem SRI di Desa Besar II Terjun Kecamatan
Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai
II. GAMBARAN UMUM WILAYAH PRAKTEK LAPANGAN
1.
Sejarah Berdirinya Desa
Pada
zaman dahulu Desa Besar II Terjun terdiri dari dua kampung yaitu Kampung Besar
I dan Kampung Besar II yang kebetulan di Kampung Besar II terdapat sebuah air terjun yang
terletak di perbatasan Dusun VII Desa Besar II Terjun dengan Desa Lubuk Cemara
Kec. Perbaungan kemudian pada saat awal pemerintahan desa mulai dibentuk +
tahun 1948 atas musyawarah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh-tokoh agama, maka di
satukanlah Kampung Besar I dan Kampung Besar II menjadi satu desa berhubung
kantor pemerintahan desa terletak di Kampung Besar II maka sesepuh kampung
sepakat untuk menamakan desa ini menjadi Desa Besar II Terjun.
Kondisi Geografis Desa :
Desa Besar II Terjun termasuk ke dalam
wilayah Kecamatan Pantai Cermin yang terdiri dari 8 wilayah Dusun,masing-masing
Dusun mempunyai lahan pertanian yang luas wilayah Desa + 600 Ha terdiri
dari :
-
Wilayah Pertanian : + 400 Ha
-
Perkebunan Rakyat : + 25 Ha
-
Pemukiman Penduduk : + 95 Ha
Secara rinci peruntukan atau pemanfaatan
lahan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
No
|
Wilayah
|
Luas
|
|
1.
|
Sawah Irigasi
|
400
|
Ha
|
2.
|
Non Irigasi
|
15
|
Ha
|
3.
|
Perkebunan Rakyat
|
25
|
Ha
|
4.
|
Perkantoran
|
0,8
|
Ha
|
5.
|
Pemukiman
|
95
|
Ha
|
6.
|
Sekolah
|
1
|
Ha
|
7.
|
Tempat Ibadah
|
0,5
|
Ha
|
8.
|
Tanah Kuburan
|
1
|
Ha
|
9.
|
Jalan
|
15
|
Ha
|
10.
|
Lain-lain
|
37,42
|
Ha
|
Jumlah
|
644
|
Ha
|
Sumber : kantor
kepala desa besar II terjun
2.
Potensi Umum
a.
Batas
Wilayah
Batas
|
Desa/Kelurahan
|
Kecamatan
|
Sebelah Utara
|
P. Cermin Kiri / P. Cermin Kanan
|
Pantai Cermin
|
Sebelah Selatan
|
Sukajadi / Lubuk Cemara
|
Pantai Cermin
|
Sebelah Timur
|
Sementara
|
Pantai Cermin
|
Sebelah Barat
|
Celawan
|
Pantai Cermin
|
Sumber : kantor kepala desa besar II
terjun
b.
Luas
Wilayah menurut Penggunaan
Konversi : 1 Ha = 10.000 m2
atau 1 m2 = 0,001 Ha
Jenis
Penggunaan Wilayah
|
Luas
(Ha)
|
|
1.
Pemukiman
|
80
|
Ha
|
2.
Persawahan
|
425
|
Ha
|
3.
Perkebunan
|
30
|
Ha
|
4.
Kuburan
|
3
|
Ha
|
5.
Pekarangan
|
15
|
Ha
|
6.
Taman
|
-
|
Ha
|
7.
Perkantoran
|
0,16
|
Ha
|
8.
Prasarana
Umum Lainnya
|
600
|
Ha
|
Sumber : kantor kepala desa besar II
terjun
c.
Tanah
Sawah
Jenis
Sawah
|
Luas
(Ha)
|
|
1.
Sawah
irigasi teknis
|
400
|
Ha
|
2.
Sawah
irigasi ½ teknis
|
-
|
Ha
|
3.
Sawah
tadah hujan
|
25
|
Ha
|
4.
Sawah
pasang surut
|
-
|
Ha
|
Total Luas
|
425
|
Ha
|
Sumber : kantor kepala desa besar II terjun
d.
Tanah
Kering
Jenis
Sawah
|
Luas
(Ha)
|
|
1.
Tegal
/ Ladang
|
-
|
Ha
|
2.
Pemukiman
|
80
|
Ha
|
3.
Pekarangan
|
15
|
Ha
|
Total Luas
|
95
|
Ha
|
Sumber :
kantor kepala desa besar II terjun
III.
TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN DENGAN METODE SRI
1.
Budidaya
Tanaman Padi dengan System Rice Of Intenfication (SRI)
a.
Pengelolaan Tanah dan Pemupukan
Untuk mendapatkan media tumbuh yang baik maka
tanah diolah seperti tanaman biasa (dibajak, digaru kemudian diratakan), tetapi
Pemupukan organik sebelumnya dikomposisikan terlebih dahulu, sehingga kita bisa
mendapatkan kompos yang lapuk dan jadi. Hal ini bertujuan untuk memberikan
kesempatan bagi mikro organisme dalam tanah berkembang denga baik.
Komposisi bahan kompos yang cukup baik adalah
:
·
Kotoran sapi (yang bercampur dengan
kencingnya akan lebih baik) minimal 40%
·
Kotoran ayam maksimum 25%
·
Serbuk gergaji bukan dari kayu jati dan pohon
kelapa sebanyak 25%
·
Abu dapur sebanyak 10%
Kebutuhan pupuk organik per hektar antara
7-10 ton. Pada saat penaburan pupuk organik dan meratakan tanah, air di jaga agar
tidak mengalir supaya nutrisi tidak hanyut. Selanjutnya dipinggir dan ditengah
petakan dibuat parit agar mudah mengatur air. Setelah tanah diratakan, air di
jaga tetap mecak-macak jangan sampai kering, baik jika dilakukan selama 3-4
hari sebelum di tanami.
b.
Menyiapkan benih yang bermutu
Menyiapkan benih yang bermutu anggota KSP
melakukan kegiatan ini pada benih yang dihasilkan secara tradisional maupun
benih yang diproduksi oleh pengusaha (benih berlabel). Sedangkan kebutuhan per
ha adalah 4,9-9 kg
c.
Membuat Persemaian
Persemaian untuk SRI dapat dilakukan dengan
media pipit (besek) atau kotak. Hal ini memudahkan untuk pengamatan dan seleksi
benih. Kebutuhan pipit adalah untuk pengamatan 60-70 buah ukuran 20 x 20
cm,kebutuhan pipit per 0,14 ha (420-490 buah/ha). Tanah dalam pipit sebagai
media tumbuh benih dicampur dengan pupuk organik dengan perbandingan1 : 1.
d.
Tanah
Benih ditanam pada umur 7-10 hari setelah
semai. Jumlah benih/lubangnya hanya satu (tanam tunggal) dan diangkat 1-1,5 cm,
kondisi bareng maka akan bersaing satu sama lain dalam hal nutrisi, oksigen dan
sinar matahari. Jarak tanam SRI baik jika ditanam dengan jarak tanam lebar
antara lain 25 x 25 cm, 27 x 27 cm atau 30 x 30 cm. semakin lebar jarak tanam
semakin meningkat jumlah anakan produktif, karena persaingan oksigen, energi
matahari dan nutrisi semakin berkurang.
e.
Pemupukan dan Pemeliharaan
Pemupukan tanaman SRI hanya dipupuk dengan
pupuk organik seperti diungkapkan diatas, diberikan pada pengelolaan tanah ke
dua, selanjutnya pupuk tanaman hanya diberikan dengan menyemprotkan pupuk
organik seperti Urea, TSP, dan KCL meupun pupuk an-organik lainnya. Demikian
seluruh proses pengelolaannya adalah dengan cara pertanian ramah lingkungan
menurut konsep pengendalian hama terpadu (PHT).
Dalam prakteknya cara tersebut adalah melalui
pendekatan pengelolaan unsur agro-ekosistem. Untuk mengelola proses tersebut
maka kemampuan petani dalam pengamatan sangat diperlukan, agar petani mampu
mengambil keputusan pengelolaan yang tepat. Pemupukan lebih banyak menggunakan
nutrisi alam dan kompos, begitu juga dengan pestisida yang digunakan lebih
banyak menggunakan ekstrak bahan-bahan alami.
f.
Pengelolaan Air dan Penyiangan
Tanaman padi sawah berdasarkan praktek SRI
ternyata tanaman air tetapi dalam pertumbuhannya membutuhkan air, dengan
demikian maka SRI ditanam pada kondisi tanah yang tidak tergenan, dengan tujuan
menyediakan oksigen lebih banyak di dalam tanah kemudian dimanfaatkan oleh
akar.
Dalam keadaan tidak tergenang akar akan
tumbuh dengan subur dan besar, maka tanaman dapat menyerap nutrisi
sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu proses pengelolaan aiar dan penyiangan
dilakukan sebagai berikut :
-
Umur padi 1-8 hari setelah tanam (hst)
keadaan air macak-macak
-
Umur padi 9-1 hst digenang 2-3 cm, ini untuk
memudahkan melakukan penyiangan, setelah disiang tanaman dikeringkan sampai
umur 18 hst
-
Umur 19-20 hst tanaman digenang, ini untuk
memudahkan penyiangan kedua
Selanjutnya pengeringan kembali dilakukan dan
penyiangan dilakukan dengan interval yang sama sampai tanaman berbunga. Pada
saat tanaman diairi dan setelah padi masak susu tanaman dikeringkan kembali
sampai menjelang panen
g.
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Pengendalian hama dilakukan dengan PHT yaitu
dengan mengelola unsur agro-ekosistem sebagai alat pengendalian hama dan
tanaman. Pada prinsipnya pengelolaan potensi usaha tani
h.
Panen
Tanda-tanda padi yang sudah waktunya untuk
dipanen ditandai dengan warna padinya menguning seperti emas dan daunnya mulai
menguning (kecoklatan) serta warna batangnya juga kekuning-kuningan (kering).
Waktu panen sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah dengan menggunakan sabit
bergerigi setelah disabit diangkat mesin pemisah antara jerami dengan padi,
kemudian dilakukan pengeringan supaya kadar airnya lebih sedikit lalu siap
untuk dijual atau dipasarkan.
2.
Pemasaran
Setelah petani panen hasilnya dijual di
pasaran dengan harga antara Rp. 4.500,- hingga Rp. 5.000,- per kg yakni dengan
varietas Mentik dan Ciherang. Dipasaran harga sangat jauh berbeda dengan halnya
di Yogya sampai mencapai Rp. 7.800,- per kg.
IV.
PEMBAHASAN BUDIDAYA TANAMAN PADI DI DESA BESAR II TERJUN DENGAN METODE
SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI)
1.
Hasil
Praktek Lapangan
Upaya meningkatkan pendapatan dari usaha tani
padi sawah sudah lama dilakukan. Namun demikian dalam kenyataannya produksi
padi saat ini cendrung menurun. Ada
beberapa hal yang menyebabakan persoalan tersebut diantaranya adalah :
a.
Menurut kesehatan dan kesuburan tanah,
kondisi ini perlu perbaikan karena tanah adalah sumber kehidupan. Kualitas dan
keseimbangan tanah dengan kandungan bahan oraganik, mikro-organisme dan
aktivitas biologi serta keberadaan unsur-unsur dan nutrisi adalah sangat
penting untuk kelanjutan pertanian, begitu juga dengan kesehatanmanusia
berhubungan langsung dengan kesehatan tanah. Persoalannya menurutnya kesehatan
tanah saat ini sedang banyak dihadapi petani naum demikian banyak dari mereka
belum menyadarinya. Hal ini menyebabkan prilaku usaha tani umumnya belum
melibatkan unsur tanah dalam proses menentukan keputusan pengelolaan organisme
pengganggu tanaman.
b.
Kecendrungan potensi padi untuk berproduksi
lebih tinggi ternyata mandeg, dari beberapa pengalam hal ini terjadi akibat
dari proses budidaya yang belum memberikan kesempatan penuh pada padi untuk
berkembang sesuai potensinya.
c.
Penggunaan unsur kimia an-organik baik pupuk
maupun pestisida pada umumnya semakin tinggi kecuali bagi petani yang telah
mengikuti program PHT dan mempraktekkan dilahannya. Akibat penggunaan unsur
kimia tersebut menyebabkan makro dan mikro-organisme yang ada dalam tanah tidak
berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga menyebabkan aliran energi dari bawah
ke atas permukaan tanah menjadi tidak seimbang. Keadaan ini menyebabkan suplay
nutrisi dari tanah sengat kurang atau bahkan tidak ada maka akhirnya tanaman akan
mengganggu suplay makanan dari kimia an-organik yang ditebarkan oleh petani
seperti Urea, TSP, KCL, dll. Sementara rantai makan menjadi putus akibatnya
musuh alami (MA) hanya menunggu makanan dari keberadaan hama. Karena jenjang
hirarkhis MA lebih tinggi maka hama akan berkembang lebih pesat.
d.
Perilaku petani saat ini sudah jauh dari
kearsipan dalam memanfaatkan potensi saat ini sudah jauh dar kearipan dalam
memanfaatkan potensi lokal, misalnya jerami sebagai makanan mokro-organisme
dalam tanah kini lebih banyak dibakar atau dibiarkan saja, pada hal ketika
terjadi kerja sama dengan mikro organisme akan memanfaatkan untuk hidup dan
berkembang biak dan dari hasil merubah sifat fisik tanah yang lebih baik.
Sebagai bahan kajian adalah apakah usaha tani
menyadari semua persoalan diatas ? Oleh karena itu mungkin sudah saatnya kita
melakukan proses penyadaran kesadaran tentang mulai rapuhnya alam pertanian
kita, jangan biarkan terjadi proses penggunaan lahan pertanian.
Bila kita cermati perilaku pelaku usaha tani
secara umum saat ini setidaknya ditemukan tiga pandangan yaitu :
a.
Pandangan I (perilaku pemberanasan)
Pandangan ini hanya berpikir bahwa dilahan
sawah ada tanaman dan hama, untuk memenangakan persaingan, maka hama harus
dibunuh. Oleh karena itu pestisidalah yang berkuasa untuk memusnahkan hama.
Yang menjadi masalah adalah ternyata
pestisida tidak bisa mengentaskanmasalah yang disebabkan oleh hama, dampaknya
hama menjadi kebal,peledakan hama tiba-tiba, pencemaran lingkungan terbunuhnya
jasad bukan sasaran sehingga mengurangi keragaman unsur hayati, dan gangguan
kesehatan manusia.
b.
Pandangan II (perilaku rintisan PHT)
Pandangan ini mulai ada kemajuan bahwa dalam
lahan usaha tani ternyata ada serangga/makhluk hidup yang berguna maka keadaan
ini perlu dimanfaatkan namun demikian jika hama dengan perhitungan ambang
ekonomi tidak menguntungkan maka pestisida yang dapat menghancurkan serangan
hama.
Jika dicermati lebih dalam ternyata yang
berubah adalah soal waktu dan legalitas penggunaan pestisida karena ketika ambang
ekonomi digunakan sebagai dasar penyemprotan maka dalam prakteknya belum
memperhitungkan berapa musuh alami yang ada? Pandang perilaku ini sebenarnya
memulai mempraktekkan pengelolaan unsur ekosistem, tetapi belum sempurna dan
pada akhirnya tetap menggunakan pestisida
Dampaknya masih ada dan cenderung sama dengan
pandangan dan perilaku kompensional yaitu hama menjadi kebal, peledakan hama
tiba-tiba, pencemaran lingkungan, terbunuhnya jasad bukan sasaran sehingga
mengurangi keragaman unsur hayati, dan gangguang kesehatan manusia
Dua cara pandang dan perilaku usaha tani
diatas bukan konsep pertanian yang berkelanjutan, oleh karena itu kita harus
berubah cara pandang dan perilaku holistic, seperti yang dituangkan pada cara
pandang ke ke III
c.
Pandangan III (perilaku PHT seutuhnya)
Pandangan diatas menunjukkan bahwa
agro-ekosistem itu merupakansatu sistem yang dinamis dan dapat dikelola,
berangkat dari pemahaman tersebut maka pengelolaan usaha tani dilakukan dengan
memanfaatkan potensi yang ada, dengan demikian tidak perlu banyak masukan dari
luar. Konsep inilah yang menjadi jiwanya Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
Berkaitan dengan pengelolaan potensi yang
ada, maka proses belajar diarahkan pada bagaimana petani mampu mengelola unsur
agro-ekosistem sebagai sebuah potensi yang dapat dikembangkan. Pengelolaan
unsur agro-ekosistem sebagai praktek pertanian yang ramah lingkungan anatara
lain :
a.
Matahari
Matahari
sebagai energi sangata potensial dan mendukung kehidupan di dunia ini yang di
manfaatkan untuk mengurangi persaingan antara tanaman sehingga proses
fotosintesis lebih sempurna untuk itu dapat dilakukan dengan mengatur jarak
tanam yang tanaman tunggal
b.
Tanaman
Tanaman
juga berpotensi untuk mempertahankan diri dari serangan hama dan penyakit jika tanaman
tersebut sehat, supaya tanaman itu sehat perlu dikelola dengan menaman benih
yang bermutu bukan benih yang berlabel dan memberikan pupuk dengan kandungan
unsur makro dan mikro yang seimbang agar mendukung tanaman untuk tumbuh dengan
sehat
c.
Mikro-Organisme
Agar
mikro-organisme dalam tanah berperan lebih baik maka perlu makanan yaitu dengan
cara pemupukan oleh bahan pupuk organik, kemudian mikro-organisme akan mengurai
dan memberikan dampak yang baik yaitu menyediakan nutrisi bagi tanaman,
menghasilkan humus yaitu tempat parkir unsur-unsur sebelum dimanfaatkan oleh
akar tanaman dan dari proses terurainya pupuk organik maka akan memberikan efek
:
·
Memiliki efek sebagai unsur gizi yang
merupakan penyuplai unsur kecil dan unsur besar
·
Berfungsi sebagai humus stabil memperbaiki
sifat fisik tanah
·
Berfungsi mempertinggi daya menyimpan pupuk
bagi tanah dan mecegah menghanyutnya pupuk-pupuk serta mengatur pembagian
unsur-unsur gizi
·
Berfungsi sebagai material penyanggah untuk
memperlunak penghambatan oleh kadar asam tanah
d.
Air dan Oxygen (zat asam)
Pengelolaan
air dapat dilakukan dengan cara mengendalikan penggerek batang pada stadia pupa
maka melakukan pengelaban agar pupa mati terendam. Sedangkan untuk oxygen (zat
asam) perlu dilakukan pengaturan, pengairan, pengeringan dan penyiraman yang
berfungsi untuk :
·
Menyuplai zat asam yang cukup dan memperbaiki
pertumbuhan
·
Menakan pertumbuhan batang padi karena
penghisapan nitrogen dibatasi maka tangkai daun padi akan besar dan tebal,
keras dan kuat serta memiliki daya tahan terhadap serangan hama penyakit
e.
Makro-Organisme (cacing dan serangga)
Perlakuan
pengurangan air dan pupuk organik akan berfungsi juga untuk menghidupkan
makro-organisme misal, cacing. Cacing akan hidup aktif ketika bahan organik
banyak tersedia cacing akan memanfaatkannya, dalam aktivitas hidupnya cacing
akan menggali lubang dan memindahkan bagian bawah tanah ke bagian permukaan
tanah, dengan proses ini akan merubah struktur tanah sehingga tercipta
ruang-ruang yang mana didalam ruang itu ada zat asam
f.
Musuh Alami dan Pengurai
Jika
dilakukan pemupukan pupuk organik dan tidak melakukan penyemprotan dengan
pestisida maka akan berjalan baik maka keberadaan musuh alami tidak hanya
tergantung keberadaan hama tetapi makanan MA akan tersedia dari
sedangga-serangga lain
g.
Hama Pengganggu
Jika
hama dalam posisi populasi rendah maka hama akan berfungsi sebagai makanan
musuh alami, untuk itu dari berbagai pengalaman misalnya hama wereng batang
coklat, jika disemprot saat populsi rendah akan berkembang biak dengan pesat
dan menimbulkan hoperburn.
2.
Permasalahan
Permasalahan yang dijumpai dilapangan
diantaranya adalah :
·
Masalah Tanah
Masalah ini sangat sering
dijumpai dimana tanah yang mudah retak dikarenakan kurang air sehingga tanah
tersebut mudah kering, padat serta keras diakibatkan karena tanah tersebut
bercampur pasir sehingga tanah itu mudah menyerap air
·
Perlakuan Terhadap Tanaman
Setelah benih disemai maka
petani mencabut bibit padi dari persemaian yang mana bibit tersebut mudah putus
dengan akarnya. Sehingga diperlakukan kehati-hatian dalam melakukan pencabutan
bibit. Jika bibit tersebut terlalu banyak ditanam maka tanaman tersebut akan
menjadi sesak dan pengap.
3.
Pemecahan
Masalah
Pemecahan masalah yang dilakukan oleh
kelompok tani adalah dengan cara bermusyawarah dengan Penyuluhan Pertanian
Lapangan (PPL) sehingga PPL mampu memberikan solusi yang tepat untuk setiap
masalah.
Pada umumnya tanaman padi dengan metode SRI
ini dapat dilaksanakan walaupun tanpa irigasi yang tekhnis, karena tanaman
dengan sistem ini sangat hemat air, dan dengan menggunakan bahan organik
sehingga persemaiannnya pun bisa dengan cara lembab dan jarak tanam bisa lebar.
Sedangkan setiap1 lubang hanya 10 batang pun
bisa ditanam dan penyiangannya pun dilakukan hanya 4 kali dan dengan SRI ini
tanaman padi bebas dari sintetis, dengan hasil panen sangat memuaskan walaupun
lambat perlakuannya.
Pada dasarnya banyak petani yang belum yakin
bahwa tanaman SRI bisa dilaksanakan dan dapat meningkatkan hasil, karena
tanaman SRI menggunakan bibit umur 7 hari dan sistem tanam 1 tunas/lubang
dengan jarak diperpanjang seperti 25 x 25 cm, 30 x 30 cm atau 40 x 40 cm. Tidak
menggunakan pupuk kimia juga tidak menggunakan pestisida kimia.
Pada umumnya tanaman SRI tidak terlalu
tergantung dengan waktu, yang penting mengikuti aturan pada tertib tanam
gunanya menjaga keserentakan tanam untuk antisipasi OPT (organisme pengganggu
tanaman).
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan
Hasil praktek lapangan yang dilaksanakan di
Desa Besar II Terjun Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai tentang
Budidaya Tanaman Padi dengan System Of Rice Intensification (SRI), Secara garis
besar sangat menguntungkan baik petani dan lingkungannya, sementara tanaman SRI
lambat perkembangannya karena belum ada rekomendasi dari instansi pembuat
kebijakan. Jadi untuk itu diadakan pendekatan antara petani dan Instansi
terkait.
2.
Saran
Untuk dapat meningkatkan produktivitas secara
maksimal budidaya tanaman padi dengan sistem SRI, saran yang dapat disampaikan
sebagai berikut :
a.
Untuk diterapkan secara luas ke petani dengan
sistem SRI
b.
Dengan jalan pembelajaran kesetiap desa dan
kesetiap kelompok tani agar maju perkembangan tanam padi dengan menggunakan
metode SRI dengan modal yang tidak banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Animus,
2005, Sistem Of Rice Intensification, Dinas Pertanian Sumut. Medan
Anonimus,
2006, Dasar Gagasan Tanaman Padi Metode SRI, Tabloid Pertanian Suara Alfa.
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar