Kamis, 16 Juni 2016

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA



A.    Judul Penelitian
Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan media  pada materi bangun ruang kubus dan balok di kelas VIII MTs Mutiara Ilmu Kuala Lama.

B.     Latar Belakang Masalah
Didunia pendidikan matematika merupakan mata pelajaran yang sangat memegang peranan penting. Matematika mendukung setiap mata pelajaran lainnya. Matematika sebagai ilmu dasar, baik aspek terapannya maupun aspek penalarannya, mempunyai peranan penting dalam penguasaan teknologi. Ini menunjukkan bahwa matematika harus dikuasai dalam batas tertentu oleh segenap warga baik penerapannya maupun pemikirannya.
Keberhasilan tersebut dapat diukur dengan keberhasilan siswa mengikuti aktivitas pembelajaran. Keberhasilan itu dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan dikelas. Sebagaian bersar siswa menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit dan menakutkan untuk mereka, hal ini dapat dilihat dari prestasi belajar siswa yang tidak memuaskan dibandingkan dengan pelajaran lain. Rata-rata nilai KKM siswa yang dicapai adalah 65, siswa yang mencapai nilai > 65 adalah 35,5% dan siswa yang mencapai < 65 adalah 64,5%. Rendahnya prestasi belajar matematika disebabkan karena aktivitassiswa dalam pembelajaran matematika masih rendah didominasi oleh guru dan siswa banyak mencatat. Siswa tidak mengajukan pertanyaan walaupun guru sering meminta agar siswa bertanya apabila ada hal yang kurang jelas maupun kurang mengerti, keaktifan siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan juga masih kurang dan kurang keberanian siswa mengerjakan soal latihan yang berkaitan dengan materi kubus dan balok didepan kelas.
Banyak siswa yang menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit dan sukar untuk dipahami. Salah satunya adalah materi kubus dan balok. Kesulitan belajar matematika siswa adalah ketidakmampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep pembelajaran, karena adanya faktor tertentu yang mempengaruhi sehingga ia memperoleh prestasi yang rendah. Faktor penyebab siswa ketidakmampuan belajar matematika adalah kurangnya kesiapan siswa untuk mempelajari bidang studi tersebut, dan aktivitasbelajar yang kurang, lebih banyak bermalas-malasan dari pada melakukan kegiatan belajar menjelang ujian baru belajar. Bahkan siswa malas untuk kesekolah pada setiap jam matematika berlangsung. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Desi Harwani, S.Pd yang adalah salah satu guru matematika diMTs Mutiara Ilmu Kuala Lama  Mengatakan bahwa : siswa menganggap pelajaran matematika sangat sulit sehingga siswa kurang beraktivitasdalam pembelajaran metematika terutama pada materi kubus dan balok dan kurangnya keaktifan dan keikutsertaan siswa dalam proses belajar mengajar. Kesulitan siswa cenderung saat mengenal bagian-bagian dari kubus dan balok.
Selama ini proses pembelajaran yang banyak dilakukan oleh kebanyakan guru disekolah-sekolah adalah pembelajaran yang tidak berpariasi dan relatif menggunakan pembelajaran yang konvensional. Dalam pembelajaran yang konvensional keikutsertaan siswa dalam proses belajar mengajar sangat tidak diperhatikan bahkan sering kali terabaikan. Dengan pembelajaran yang konvensioanal siswa hanya bersifat menunggu dan menerima apa saja yang disampaikan oleh guru. Dengan ini siswa hanya bersifat pasif selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini menyebabkan keaktifan siswa tidak akan tercapai dan siswa akan mengalami kesulitan terhadap aktivitasbelajar sehingga hasil yang diinginkan tidak tercapai.
Saat peneliti melakukan observasi berupa pengamatan langsung dikelas VIII MTs Mutiara Ilmu Kuala Lama Kuala Lama  tersebut terlihat bahwa masih banyak siswa yang tidak memperhatikan dan mendengarkan saat guru memberikan pembelajaran dikelas, kebanyakan siswa juga tidak merespon pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Kurangnya aktivitas siswa tersebut berdampak kepada siswa menjadi takut ketika diminta untuk mempersentasekan jawaban dari soal-soal yang diberikan guru.
Pendekatan pembelajaran yang dipilih oleh guru sebaiknya dapat merangsang siswa untuk aktif belajar sehingga mampu mengaitkan kemampuannya dalam menyelesaikan soal-soal kuhsusnya soal bangun ruang kubus dan balok. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengatasinya adalah dengan menerapkan media . Matematika bukanlah satu bidang studi yang sulit dipelajari asalakan penyampaiannya cocok dengan kemampuan yang dipelajarinya. Diantara strategi pemecahan masalah yang dapat digunakan adalah menggunakan media .
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik dan berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan Judul : Peningakatan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan media  pada materi bangun ruang kubus dan balok pada kelas VIII MTs Mutiara Ilmu Kuala Lama.




C.    Identifikasi  Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1.              Belajar siswa cenderung pasif
2.              Guru dalam materi lebih dominan
3.              Rendahnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
4.              Banyak siswa yang kesulitan dalam belajar matematika
5.              Siswa menganggap pelajaran matematika adalah pelajaran yang menakutnya
6.              Kesulitas siswa menyelesaikan soal bangun ruang kubus dan balok
7.              Guru belum menerapkan media dalam pembelajaran

D.    Batasan Masalah
Dari hasil identifikasi masalah diatas, penelitian ini dibatasi pola aspek :
1.      Penerapan media  pada materi kubus dan balok
2.      Meningkatkan aktivitas siswa pada materi kubus dan balok
3.      Kesulitan siswa dalam menentukan unsur-unsur bangun ruang  kubus dan balok.
4.      Siswa yang diteliti adalah dikelas VIII MTs Mutiara Ilmu Kuala Lama Kuala Lama  Tahun Pelajaran 2012/2013.

E.       Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang akan diteliti maka rumusan masalah dari peneliti adalah “Apakah penerapan media  dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa dalam menyelesaikan bangun ruang kubus dan balok”.
F.     Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk :
1.      Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa melalui penerapan media  pada materi bangun ruang kubus dan balok
2.      Untuk mengetahui hasil belajar siswa melalui penerapan media .

G.    Manfaat Penelitian
Hasil penelitain ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain :
1.      Secara Teoritis
   Secara teoritis hasil penelitian ini dapan bermanfaat sebagai berikut:
a.       Diharapkan dapat memberikan masukan kepada meningkatkan mutu pembelajaran matematika khususnya pada meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
b.      Diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pembelajaran matematika melalui penerapan media  khususnya pada materi kubus dan balok.
2.      Secara Praktis
   Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut:
a.       Bagi siswa, terutama sebagai subjek penelitian diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung mengenai penerapan media .
b.      Bagi guru, sebagai bahan masukan dalam menyusun dan mengembangkan   pengajaran matematika yang dapat menumbuhkan aktivitas belajar siswa
c.       Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai upaya untuk perbaikan dan meningkatkan mutu pembelajaran.
d.      Bagi peneliti, peneliti memperoleh jawaban dari permasalahan yang ada dan pengalaman langsung dengan penerapan  media .

H.    Anggapan Dasar
Berdasarkan hal diatas maka anggapan dasar dalam permasalahan ini bahwa dengan menggunakan media dalam pembelajaran pada materi kubus dan balok dapat meningkatkan aktivitas  dan hasil belajar matematika siswa karna dinilai siswa lebih cepat memahami materi tersebut dengan media yang mereka lihat.

I.       Hipotesis Tindakan
Untuk menjawab permasalahan ini dapat diambil hipotesis bahwa dengan menggunakan media pada materi bangun ruang kubus dan balok dapat meningkatkan aktivitas  dan hasil belajar matematika siswa di kelas VIII MTs Mutira Ilmu Kuala Lama.

J.      Tinjauan Pustaka
1.      Aktivitas Belajar
Seseorang belajar karena ada yang mengajar. Kalau mengajar kita pandang sebagi kegiatan atau proses yang terarah dan terencana yang mengusahakan agar terjadi proses belajar pada diri seseorang. Raharjdo, 2006:1 menyatakan bahwa “Proses belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja terlepas dari ada yang mengajar atau tidak. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi indivudu dengan lingkungannya sehingga terjadinya aktivitas belajar”.
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup sejak dia masih bayi hingga keliang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (koknitif) dan keterampilan dalam (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (efektif.
2.      Hasil Belajar
Berkenaan dengan hasil belajar, hasil pengukuran dan penelitian pendidikan tidak hanya berguna untuk mengetahui penguasaan siswa atau berbagai hal yang pernah diajarkan atau dilatih, melainkan juga untuk memberikan gambaran tentang pencapaian program pendidikan secara lebih menyeluruh. Hasil belajar yang dimaksud dalam hal ini adalah hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika yang di peroleh melalui tes yang diberikan berupa tes tertulis maupun melalui tes lisan.
      Dalam fungsinya sebagai penelitian hasil belajar, seorang guru hendaknya senantiasa terus-menerus mengikuti hasil-hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi melalui evaluasi ini akan menjadi umpan balik terhadap proses belajar mengajar, yang akan dijadikan sebagai titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan senantiasa meningkat terus-menerus dalam mencapai hasil belajar yang optimal.

3.      Media Pembelajaran.
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepenerima pesan. Visualisasi pesan, informasi, atau konsep yang diinginkan disampaikan kepada siswa dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk seperti photo, gambar atau ilustrasi, sketsa (gambar garis), grafik, bagan, chart, dan gabungan dari dua bentuk atau lebih.  Photo menghadirkan ilustasi melalui gambar yang hampir menyamai kenyataan dari sesuatu objek atau situasi. Sementara itu, grafik merupakan refresentasi simbolis dan artistik sesuatu objek sesuatu atau situasi.
Keberhasilan penggunaan media  ditentukan oleh kualitas dan efektifitas bahan-bahan visual dan grafik itu. Hal ini hanya dapat dicapai dengan mengatur dan mengorganisasikan gagasan-gagasan yang timbul, merencanakannya dengan seksama, dan menggunakan teknik-teknik dasar visualisasi objek, kopsep, informasi, atau situasi. Meskipun perancang media pembelajaran bukan seorang pelukis dengan latar belakangprofesional, ia sebaiknya mengetahui beberapa prinsip dasar dan penuntun dalam rangka memenuhi kebutuhan penggunanaan media .  Azhar Arsyad (2003:107).
Jika mengamati bahan-bahan grafis, gambar dan lain-lain. Yang ada disekitar kita, seperti : majalah, iklan-iklan, papan informasi, kita akan menemukan banyak gagasan untuk merancang bahan visual yang menyangkut penataan elemen-elemen itu harus dapat menampilkan visual yang dapat dimengarti, terang/dapat dibaca, dan dapat menarik perhatian sehingga ia mampu menyampaikan pesan yang diinginkan oleh penggunanya.

4.      Kegunaan Media Pendidikan Dalam Proses Belajar Mengajar.
Secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai  berikut :
1)      Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
2)      Mengatasi keterlibatan ruang, waktu dan daya indera, misalnya :
  1. Objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film, atau model.
  2. Objek yang terkecil, dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar.
  3. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan time lapse atau high-speed photografy.
  4. Kejadian atau peristiwa yang terjadi dimasa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal.
  5. Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain ; dan
  6. Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain.
3)      Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervasiasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk :
a.       Menimbulkan kegairahan belajar.
b.      Memungkinkan interaksi yang lebih lagsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan.
c.       Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
4)      Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media, yaitu dengan kemampuannya dalam :
a.       Memberikan perangsang yang sama
b.      Mempersamakan pengalaman
c.       Menimbulkan perepsi yang sama.

5)      Metode media  untuk bangun ruang kubus dan balok
Materi bangun ruang pada sekolah menengah pertama pada kelas VIII semester II. Standart kompetensi yang harus dicapai pada materi bangun ruang adalah memahami sifat-sifat kubus dan balok serta bagiannya. Pada materi bangun ruang terdapat pembahasan kubus, balok sisi datar limas dan prisma tegak.
Pada penelitian ini dipilih materi bangun ruang dengan pembahasan kubus dan balok, karena dalam metode media  siswa belajar untuk mengaktualisasikan kemampuan dirinya dengan berani mencoba dan membuat suatu konsep dalam berlajar serta berani bertanya, berani mengemukakan pendapat dan berani mempertanyakan gagasan orang lain.
Dalam pembelajaran materi kubus dan balok ini guru menunjukkan beberapa media  yang ditampilkan lewat gambar yang berbentuk kubus dan balok seperti gambar kotak korek api dan gambar dadu. Setelah itu guru mengambarkan jaring-jaring kubus dan balok dengan pertama-tama membuat kotak-kotak dengan panjang 5 cm dan lebar 3 cm tanpa putus dan diletakkan sejajar dengan ukuran yang sama dengan 4 kotak dan pada kotak baris kedua dibuat kotak dengan ukuran yang sama dan meletakkan dibagian atas dan bersamaan dilakukan oleh para siswa. Dalam proses ini siswa dapat menggambarkan jaring-jaring kubus dan balok dengan menggunakan ukuran mereka sendiri. Jika semua siswa telah mengetahui bentuk kubus dan balok kemudian secara bersamaan lagi guru mengajak siswa untuk menggambarkan kubus dan balok pada buku kotak-kotak.
Pada media yang diperlihatkan guru menunjukkan mana yang disebut dengan rusuk, bidang sisi, diagonal bidang, diagonal ruang dan bidang diagonal. Setelah guru menunjukkan letak rusuk, bidang sisi, diagonal bidang, diagonal ruang dan bidang diagonal pada kubus dan balok. Selanjutnya guru menyuruh salah seorang murid untuk menunjukkan rusuk, bidang sisi, diagonal bidang, diagonal ruang dan bidang diagonal pada balok. Pada saat ini sangat diharapkan partisipasi siswa yang lain untuk menunjukkan bagian-bagian tersebut.
6)      Penerapan media  pada materi bangun ruang kubus dan balok.

K.    Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model Arikunto (2008:26). Secara skematis dapat dilihat seperti berikut :
Perencanaan
         
Pelaksanaan

Pengamatan
???
Refleksi
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Pelaksanaan

Refleksi
SIKLUS I
 









Skema pelaksanaan Tindakan Kelas
SIKLUS I
Perencanaan  dilakukan dalam upaya mengatasi kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah pada materi bangun ruang kubus dan balok, diantaranya sebagai berikut : Tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan model Arikunto (2008:26) dimana model penelitian ini terdiri atas 4 komponen yaitu:
1).  Perencanaan, 2). Pelaksanaan, 3). Observasi, 4). Refleksi.
-          Membuat skenario pembelajaran (RPP)
-          Membuat lembar observasi kegiatan siswa dan penelitian pada saat proses belajar mengajar dikelas.
-          Menyiapkan tes hasil belajar siswa
-          Mengolah hasil tes belajar siswa.
1)      Pelaksanaan Tindakan
Dari rencana telah dibuat, maka dilakukan tindakan, yaitu :
-          Sebelum pelajaran dimulai terlebih dahulu mengkondusifkan suasana kelas,dan memberi motivasi yang positif kepada siswa bahwa mereka mampu mempelajari materi tersebut serta membangun hubungan yang harmonis antara guru dan siswa.
-          Guru mengingatkan kembali pelajaran bangun ruang yang telah dipelajari sebelumnya dengan bertanya kepada siswa.
-          Guru memperlihatkan gambaran besar mengenai materi yang akan dipelajari yang ditempel dipapan tulis.
-          Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan menyuruh siswa mengisi bagian target dan tugas untuk materi yang akan dipelajari.
-          Selanjutnya guru menjelaskan pokok bahasan bangun ruang kubus dan balok dengan metode berbasis visual pada bangun ruang kubus dan balok.
-          Mengorganisasikan siswa untuk belajar memecahkan masalah sesuai tahapan penyelesaian dengan menggunakan media brebasis visual.
-          Guru menjelaskan tahap-tahapan yang harus dilakukan siswa dalam menjawab soal mengenai bangun ruang kubus dan balok.
-          Untuk menguji pemahaman siswa, guru memberi umpan balik dengan bertanya mengenai pokok bahasan bangun ruang kubus dan balok, serta meminta siswa untuk menyelesaikan soal yang telah dibuat guru dipapan tulis dengan teman sebangku.
-          Guru membantu siswa membuat kesimpulan mengenai materi bangun ruang kubus dan balok.

2)      Pengamatan
Dalam hal ini dilakukan pengamatan saat berlangsung proses belajar mengajar didalam kelas, mulai dari awal hingga akhir penelitian, adapun aspek yang diamati adalah situasi kegiatan belajar serta keaktifan siswa saat proses belajar mengajar berlangsung dan aktivitas peneliti dalam menerapkan media .

3)      Refleksi
Penelitian tindakan kelas ini berhasil jika memenuhi kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan. Dan dilakukan perencanaan ulang untuk perbaikan di siklus selanjutnya dan mempertahankan keberhasilan yang telah diperoleh guna pengambilan kesimpulan.

SIKLUS II
1)      Perencanaan
Peneliti membuat rencana pembelajaran berdsarkan hasil refleksi pada siklus pertama, dimana peneliti membentuk kelompok belajar agar kegiatan belajar mengajar lebih hidup dan terjadi tutor sebaya antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan rendah.

2)      Pelaksanaan Tindakan
Peneliti melaksanakan pembelajaran dengan media barbasis visual pada materi bangun ruang kubus dan balok berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama.

3)      Observasi
Peneliti berkolaborasi dengan guru bidang studi matematika untuk mengamati aktivitas siswa dan peneliti pada proses belajar mengajar dengan menerapkan media .

4)      Refleksi
Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus dan menganalisis untuk mengambil kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran dengan media .


L.                Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Mutiara Ilmu Kuala Lama Kuala Lama  Tahun Pelajaran 2012/2013.

M.              Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan media  pada materi bangun ruang kubus dan balok pada kelas VIII MTs Mutiara Ilmu Kuala Lama Kuala Lama  Tahun Pelajaran 2012/2013.
N.                Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk menjaring data penelitian adalah lembar observasi dan tes. Observasi yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung, baik itu dalam hal partisipasi dan tanggapan siswa tentang materi yang disajikan maupaun proses pengerjaan yang dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung merupakan data authentic untuk mengungkapkan prestasi belajar siswa.

1.      Uji Validitas Tes
Statistik yang diperlukan dalam pengujian validitas ini adalah koefisien korelasi antara skor test sebagai predictor dan skor suatu criteria yang relevan. Untuk itu pengujian dilakukan dengan cara statistik product yang di kemukakan oleh Arikuto, 2002 : dengan rumus :
           
Keterangan :
x          : Skor Butir
y          : Skor Total Butir
n          : Banyak Subjek
Untuk menggunakan rumus diatas maka langkah – langakah yang ditempuh adalah sebagai berikut :
a.       Membuat tabulasi skor tes dalam tabel
b.      Menghitung   , , , , ,
c.       Menghitung dengan rumus rxy hasil perhitungan dengan table untuk α = 0,05. Jika rhitung >table maka dapat disimpulkan bahwa tes yang digunakan valid.

2.      Uji reliabilitas Test
= )
Dimana :
r11        : Koefesien Reliabilitas
n          : Jumlah Soal
S1         : Varians Butir
S2         : Varians Skor Total
Untuk reliabilitas tes dikonfimasikan dengan table harga kritik rtabel dengan α = 0,05. Jika rhitung > rtabel maka dapat disimpulkan tes digunakan dapat dikatan realibel.

3.      Tingkat Kesukaran.
Suatu tes tidak boleh terlalu mudah dan tdak boleh terlalu sukar. Untuk mencari derajat kesukaran (DK) suatu soal dapat dilakukan dengan jalan mengadakan analisis terhadap tiap butir soal. Soal yang baik harus memiliki perbandingan soal sukar, sedang, mudah dengan perbandingan 25% : 50% : 25%.
Langkah-langkah perhitungan tingkat kesukaran tes adalah sebagai berikut :
a.       Disusun lembar jawaban yang mendapat skor paling tinggi sampai skor yang paling rendah.
b.      Diambil 27% dari kelompok yang mendapatkan skor yang paling tinggi dan 27% dari kelompok yang mendapat skor yang terendah.
c.       Untuk menghitung derajat kesukaran atau dengan istilah lain indeks kemudahan digunakan rumus :
Dimana            :
K         = Indeks kemudahan
BB        = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar
BA        = Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar.
NB       = Jumlah siswa kelompok bawah
NA       = Jumlah siswa kelompok atas
Kriteria penent indeks kemudahan butir soal adalah sebagai berikut :
K < 0,30          soal sukar
0,30 < K          soal sedang
K > 0,70          soal mudah

4.      Daya Pembeda
Suatu tes mampu menunjukkan tingakat kemampuan siswa artinya, siswa yang mendpatkan skor yang tinggi dan yang kurang mampu akan mendapatkan skor rendah. Untuk itu suatu tes harus dilakukan uji daya pembeda. Untuk menghitung daya (P) digunakan rumus :
                  
Adapun kriteria penentuan daya pembeda butir soal adalah sebagai berikut :
P > 0,40    kuat
0,30 < P < 0,40    cukup kuat
0,20 < P < 0,30    kurang kuat, soal perlu diperbaiki
P < 0,20    lemeah, soal di buang atau dirombak

O.                Teknik Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data, peneliti akan dibantu oleh guru kelas. Maka selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti akan terus mengamati proses pembelajaran dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Tes kemampuan pada akhir setiap siklus juga merupakan data dikumpulkan dan menjadi bahan analis.

P.                 Teknik Analisis Data
            Analisis data ini dilakukan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini. Hal ini dilihat dari seberapa persentasi keberhasilan yang dicapai dilihat dari aktivitas belajar siswa dengan pengamatan lembar pengamatan.
Dengan rumus:
Keterangan untuk mengetahui perubahan aktivitas dan hasil belajar seluruh siswa digunakan rumus sebagai berikut:
Pi  =    X  100%
Pi  = Hasil pengamatan pertemuan ke i
F = Jumlah siswa yang diamati
N = Banyaknya keseluruhan siswa
Tahap ini di lakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilan dari tindakan yang dilakukan, dengan melihat dari kriteria sebagai berikut:
-          Skor 80-100 % tingkat aktivitas dan hasil belajar siswa tinggi
-          Skor 60-79 % tingkat aktivitas dan hasil belajar siswa sedang
-          Skor 0-59 % tingkat aktivitas dan hasil belajar rendah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar