BAB I
PENDAHULUAN
A.
Pendahuluan
Penyusunan
anggaran adalah pekerjaan teknis. Bila mendengar kata anggaran maka orang pada
umumnya akan membayangkan angka-angka dan estimasi serta menghubungkannya
dengan hal yang berkaitan dengan keuangan. Meskipun penyusunan ini, seperti
disinggung sebelumnya, merupakan tugas teknis namun tidak dapat dipungkiri
bahwa dibalik itu semua adalah unsur manusia yang paling berperan. Manusia yang
membuatnya dan mereka pula yang akan menggunakannya.
Aspek
perilaku yang terkait dengan anggaran merujuk pada perilaku manusia yang
dterlibat pada saat anggaran tersebut disusun dan diimplemetasikan.
Anggaran dapat mempengaruhi perilaku manusia. Adanya anggaran mengakibatkan
manusia membatasi tindakannya. Anggaran pula yang menyebabkan kinerja manajer
selalu dan secara kontinyu dipantau serta dibandingkan. Hal ini pula yang
mengakibatkan timbulnya tekanan.
Di
balik permasalahan yang timbul akibat anggaran, ada juga yang beranggapan bahwa
anggaran dapat memberikan keuntungan oleh sebab itu ia sering digunakan.
Sebenarnya hampir semua orang membuat anggaran, meskipun banyak orang yang
menggunakan anggaran tidak mengakui bahwa apa yang mereka lakukan merupakan
aktivitas penganggaran.
B.
Tujuan
o Mengetahui
pengertian budgeting secara umum maupun menurut para ahli.
o Mengetahui
perilaku seseorang dalam menyusun suatu budget.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Budgeting
1.
Pengertian Secara Umum
Budget
(Anggaran) adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi
seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan
berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang. Budget
berfungsi pula sebagai tolok ukur, sebagai alat pembanding untuk mengevaluasi
realisasi kegiatan perusahaan nanti. Dengan membandingkan apa yang tertuang di
dalam Budget dengan apa yang dicapai oleh realisasi kerja perusahaan, dapatlah
dinilai apakah perusahaan telah sukses bekerja atau kah kurang sukses bekerja.
2.
Definisi Menurut Para Ahli
a.
Menurut John R Bartizal
Budget
adalah suatu pengira-iraan yang diperhitungkan didasarkan pada data yang benar
walaupun dengan pobabilitas tertentu. Budget adalah suatu forecast/ramalah yang
mendetail daripada hasil perencanaan kegiatan perusahaan yang didasarkan pada
pengharapan yang berasaskan tentang kapasitas perusahaan.
b.
Menurut P Bakker
Budgeting
berarti memimpin, mengurus, dan mengatur badan usaha melalui Budget dan
merupakan alat yang diperlukan bagi pimpinan suatu badan usaha.
c.
Menurut Glenn A Welsch
Budget
adalah suatu bentuk statement daripada rencana dan kebijakan manajemen yang
dipakai sebagai petunjuk atau blueprint dalam periode tertentu.
d.
Menurut Stridiron JE Spinosa
Cattela (Budgeting and Control Budget)
Budgeting
adalah penentuan tanggung jawab dalam angka bagi jalannya perusahaan di
kemudian hari.
e.
Menurut Gunawan Adisaputra
Bussines
Budget adalah suatu pendekatan yang formal dan sistematis daripada pelaksanaan
tanggung jawab manajemen dalam masalah perencanaan, koordinasi, dan pengawasan.
Budget merupakan kata benda yaitu
hasil yang diperoleh setelah menyelesaikan tugas perencanaan.
f.
Menurut Teguh Djiwanto
Budget
adalah suatu rancana yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka (unit barang atau
uang) sebagai suatu proyeksi dari kegiatan yang akan datang dan merupakan
pedoman dan garis kebijakan bagi tindakan-tindakan di masa depan serta
merupakan alat kontrol yang baik bagi manajemen.
B.
Tujuan Budgeting
1.
Memberi garis kebijakan/pedoman
bagi tindakan di masa depan.
2.
Menciptakan alat pengamat-amatan (control)
yang baik bagi pimpinan perusahaan.
3.
Memprediksi transaksi dan kejadian
finansial serta non finansial di masa yang akan datang.
4.
Mengembangkan informasi yang akurat
dan bermakna bagi penerima anggaran.
C.
Fungsi Budget
Anggaran
adalah rencana-rencana kegiatan manajerial yang dinyatakan dalam bentuk
keuangan. Anggaran tersebut merupakan perencanaan laba komprehensif
jangka pendek yang memuat Tujuan dan sasaran perusahaan. Anggaran
juga merupakan alat bagi manajemen yang menjamin pencapaian sasaran organisasi.
Anggaran
yang disusun perusahaan tersebut harus disesuaikan dengan sumberdaya yang
diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Anggaran harus
menggambarkan/merefleksikan adanya beban tambahan yang diperlukan usaha yang
dilakukan (dalam bentuk iklan dan promosi atau pemasaran) untuk
memacu/mendorong penjualan dan meningkatkan image perusahaan
termasuk estimasi biaya upah dan gaji untuk mendukung tenaga
penjualan yang lebih besar dan memberikan struktur komisi yang lebih menarik
dengan harapan dapat lebih memotivasi usaha-usaha penjualan. Selanjutnya dalam
anggaran hendaknya terkandung estimasi cash flow yang
berkaitan dengan waktu pengumpulan kas dari pelanggan, pembayaran kas keSUPPLIER
, dan mengantisipasi
peningkatan beban rupa-rupa. Dengan kata lain anggaran tersebut harus dibuat
secara rinci mengenai bagaimana suatu perusahaan diharapkan beroperasi.
Anggaran memiliki beberapa fungsi, yaitu :
1.
Merupakan hasil akhir dari suatu
proses perencanaan perusahaan. Sebagai hasil negosiasi antar anggota perusahaan
maka ia mengandung konsesus/kesepakatan organisasi tentang operasionalisasi
tujuan perusahaan dimasa yang akan datang.
2.
Merupakan cetak biru bagi
pelaksanaan tindakan, yang merefleksikan apa yang menjadi prioritas-prioritas
manajemen dalam mengalokasikan sumber daya-sumber daya perusahaan. Anggaran
juga memberikan indikasi mengenai bagaimana unit-unit kecil organisasi
diarahkan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan perusahaan secara
menyeluruh.
3.
Berfungsi sebagai alat komunikasi
internal perusahaan, yang menghubungkan satu departemen atau divisi dengan
lainnya dan dengan top manajemennya.
4.
Menyatakan sasaran dalam kriteria
kinerja atau standar yang dapat diukur dan dibandingkan dengan hasil operasi
yang dicapai. Dengan demikian dapat dijadikan dasar bagi evaluasi/penilaian
kinerja bagi manajer pusat laba dan biaya.
5.
Berfungsi sebagai alat kontrol yang
dapat menunjukkan secara nyata kepada manajemen mengenai bagian-bagian yang
menjadi kekuatan atau kelemahan perusahaan. Hal ini memungkinkan manajemen
menentukan tindakan-tindakan perbaikan yang diperlukan.
6.
Dapat mempengaruhi dan
memotivasi para manajer dan karyawan untuk melakukan tindakan konsisten
secara efisien dan efektif serta sesuai dengan sasaran organisasi.
Dari
uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa anggaran dapat dianggap sebagai
alat manajemen untuk perencanaan dan pengendalian kegiatan operasional
perusahaan. Dalam pelaksanaan program anggaran, penting bagi manajemen puncak
untuk tidak menggunakan program ini sebagai cara menekan karyawan atau mencari
kambing hitam atas suatu masalah. Tekanan tersebut hanya akan menghasilkan
permusuhan, ketegangan, ketidakpercayaan dan bukannya peningkatan kerjasama
serta produktivitas. Anggaran seharusnya tidak digunakan sebagai alat penekan,
tetapi sebagai alat yang positif untuk membantu pencapaian tujuan, pengukuran
prestasi, dan penentuan bidang yang memerlukan usaha serta perhatian yang lebih
besar. Pandangan pekerja yang salah tentang program anggaran dapat dibatasi
dengan keterlibatan aktif seluruh tingkatan organisasi dan dapat juga diatasi
dengan penggunaan program anggaran ini secara tepat pada periode waktu
tertentu.
D.
Manfaat Penyusunan Bugdet
1.
Masalah rentabilitas menjadi
normatif (dijadikan ukuran).
2.
Budget mengajarkan kepada semua
pihak untuk berfikir dalam hal uang.
3.
Budget memungkinkan pimpinan
perusahaan untuk menyelidiki mengapa realisasi lebih rendah/tinggi daripada
budget.
4.
Budget memberikan dasar untuk
perhitungan harga pokok yang tepat.
5.
Budget mendorong pada analisis diri
sendiri, sesuai dengan fungsinya sebagai alat pengendalian.
6.
Budget mengajarkan kepada para
fungsionaris untuk berhemat.
7.
Budget membantu dalam memperoleh
kredit dari bank.
E.
Syarat Penyusunan Budget yang Baik
1.
Organisasi dari perusahaan yang
bersangkutan harus baik.
2.
Bagian administrasi/tata usaha
harus dapat menyediakan angka-angka standar yang diperlukan untuk penyusunan
anggaran.
3.
Setiap orang yang berhubungan
dengan budget harus dibuat budget minded (sadar akan
pentingnya budget).
4.
Budget harus seimbang, selaras, dan
integral.
5.
Budget harus fleksibel (luwes).
6.
Budget harus tepat waktu.
7.
Budget harus realistis dan netral,
tidak terlalu pesimistis atau terlalu optimistis.
F.
Keuntungan dan Kelemahan dari
Penyusunan Budget
1.
Keuntungan dari Penyusunan Budget
o Mencegah
pemborosan waktu dan bahan.
o Mencegah
kapasitas lebih dan kapasitas kurang.
o Memperlancar
dan mempercepat proses produksi.
o Menjamin
koordinasi yang baik.
2.
Kelemahan dari Budget
o Rencana
budget didasarkan pada taksiran-taksiran atau pengira-iraan.
o Program
budget harus secara kontinyu disesuaikan (erat hubungannya) dengan keadaan.
o Pelaksanaan
rencana budget tidak akan terjadi secara otomatis.
o Budget
tidak dapat menggantikan tempat manajer atau bagian administrasi.
G.
Proses Penyusunan Budget
Ada
tiga tahapan besar dalam proses penyusunan budget : 1) penyusunan tujuan
perusahaan, 2) implementasi dan 3) pengendalian dan evaluasi kinerja. Untuk
mengembangkan suatu anggaran atau perencanaan laba ada beberapa langkah-langkah
penting yang harus dilakukan, yaitu :
1.
Top manajemen harus memutuskan apa
yang menjadi tujuan jangka pendek perusahaan dan strategi-strategi yang
digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan dibutuhkan sebagai pedoman
agar hasil-hasilnya dapat dicapai sedangkan strategi merupakan alat untuk
mencapai tujuan tersebut.
2.
Sasaran harus disusun dan
sumberdaya-sumberdaya harus dialokasikan. Sasaran merupakan kuantifikasi jangka
pendek dari tujuan, sebagai contoh tujuan suatu perusahaan adalah dapat meraih
pangsa pasar yang lebih luas, strateginya dengan melakukan promosi dan iklan di
berbagai media cetak dan elektronik, sedangkan sasarannya yaitu meningkatkan
penjualan sebesar 10% pada tahun berjalan.
3.
Suatu anggaran yang menyeluruh atau
perencanaan laba harus disiapkan, disetujui oleh top manajemen, dan
dikomunikasikan kepada supervisor dan para karyawan yang terkait
4.
Profit planning dan Comprehensive
Budget digunakan untuk mengontrol biaya dan menunjukkan
permasalahan-permasalahan organisasi dengan cara membandingkan secara periodik
hasil aktual dengan yang apa telah dianggarkan.
Interaksi
manusia dibutuhkan dalam setiap langkah proses penganggaran ini. Oleh karenanya
aspek-aspek perilaku dalam penganggaran harus benar-benar dipahami dalam rangka
menghindari efek samping-efek samping tidak berfungsinya hubungan antar manusia
dalam proses penganggaran ini.
1.
Goal Setting Stage /
Tahap Penetapan Tujuan
Aktivitas
perencanaan dimulai dengan penterjemahan tujuan utama organisasi ke dalam
aktivitas spesifik dari sasaran-sasaran. Untuk mengembangkan perencanaan yang
realistis dan menciptakan suatu anggaran yang dapat dilaksanakan, interaksi
yang luas dibutuhkan antara lini organisasi dengan para manajer. Controller dan
direktur perencanaan memainkan kunci dalam proses interaksi antar manusia ini.
Mereka bertanggungjawab untuk memprakarsai dan mengatur proses penyusunan
anggaran dan untuk membantu individu-individu dalam melaksanakan tugas-tugas
mereka. Ketika merumuskan tujuan organisasi dan menterjemahkannya ke dalam
sasaran-sasaran operasional harus pula dipertimbangkan kongkruensi antara
keinginan karyawan dengan kebutuhan manajer agar tujuan dan sasaran dapat
dicapai.
Sasaran
yang realistis dibuat melalui partisipasi yang berarti akan mempengaruhi setiap
tingkatan manajer dan para karyawan, kurangnya partisipasi akan menghasilkan
efek samping berupa penyimpangan perilaku. Konsep-konsep perilaku utama yang
dapat mempengaruhi fase penetapan sasaran pada proses perencanaan adalah partisipasi,congruence,
dan komitmen.
2.
Implementation Stage /
Tahap Implementasi
Pada
tahap implementasi rencana formal digunakan untuk mengkomunikasikan objectives
dan strategi-strategi organisasi dan untuk memotivasi secara positif
orang-orang yang ada di dalam organisasi. Hal ini dapat dicapai melalui
penetapan tujuan-tujuan secara rinci kepada mereka yang bertanggungjawab untuk
melaksanakannya. Agar rencana dapat terlaksana, rencana tersebut harus
dikomunikasikan secara efektif, terjadinya kesalahpahaman harus dapat dideteksi
dan dicarikan pemecahan masalahnya. Hanya dengan rencana formal yang disukai
yang dapat menimbulkan kerjasama yang menyeluruh dari berbagai kelompok yang
dapat menimbulkan motivasi.
Konsep-konsep
perilaku yang utama yang mempengaruhi fase implementasi adalah komunikasi,
kerjasama dankoordinasi.
3.
Control and Performance Evaluation
Stage / Tahap Pengendalian dan
Penilaian Kinerja
Anggaran
yang diimplementasikan akan berfungsi sebagai unsur kunci dalam system
pengendalian. Anggaran tersebut akan menjadi tolok ukur bagi kinerja aktual dan
akan menjadi dasar penilaian bagi Management by Exception. Hal itu
menunjukkan bahwa management by exception jangan hanya
melihat penyimpangan/selisih yang tidak menguntungkan saja melainkan juga
penyimpangan yang menguntungkan.
Penyimpangan-penyimpangan
yang menguntungkan dan kinerja yang melebihi standar akan mengindikasikan bahwa
masa yang akan datang menghasilkan keuntungan melalui pengetahuan dan teknologi
pada operasi yang serupa. Namun demikian, penyimpangan-penyimpangan yang
menguntungkan dapat pula mengindikasikan kebutuhan penyesuaian terhadap
anggaran. Sementara penyimpangan-penyimpangan yang tidak menguntungkan dan
kinerja di bawah standar harus segera memicu perbaikan kegiatan dalam rangka
menghindari timbulnya biaya atau kerugian.
Kebijakan-kebijakan
manajemen, sikap-sikap, serta kegiatan-kegiatan dalam evaluasi kinerja dan
tindak lanjut dari penyimpangan mempunyai sejumlah konsekuensi perilaku, yang
mana jika tidak dipahami dan dikontrol, akan menghambat keberhasilan seluruh
proses perencanaan dan pengawasan. Beberapa konsekuesi perilaku yang mungkin
timbul yaitu tekanan, motivasi, aspirasi
dan kekhawatiran.
H.
Konsekuensi Penyimpangan pada
Proses Penyusunan Budget
Fungsi-fungsi
anggaran seperti penentu tujuan, pengawasan, dan mekanisme evaluasi kinerja
dapat memicu sejumlah konsekuensi penyimpangan seperti ketidakpercayaan,
perlawanan/penolakan, konflik internal, dan akibat sampingan lainnya yang tidak
dikehendaki.
1.
Distrust
Suatu
anggaran mengandung seperangkat sasaran yang spesifik. Meskipun dapat
disesuaikan dengan kejadian yang tidak diantisipasi sebelumnya, ia menimbulkan
kekakuan/keterkejutan/ketidakfleksibelan. Anggaran adalah sumber dari tekanan
yang dapat menciptakan kecurigaan/ketidakpercayaan, permusuhan, dan menyebabkan
penurunan kinerja. Penelitian yang ada menunjukkan bahwa sejumlah kecurigaan
terjadi pada proses penyusunan anggaran di tingkat supervisor. Alasan timbulnya
kecurigaan/ketidakpercayaan ini didasarkan pada kepercayaan para supervisor
bahwa :
1.
Anggaran cenderung terlalu
menyederhanakan atau mengubah situasi “sebenarnya” dan gagal memberikan
keberagaman faktor eksternal.
2.
Anggaran tidak cukup menggambarkan
variabel-variabel kualitatif seperti tenaga kerja, kualitas bahan, dan
efisiensi mesin.
3.
Anggaran menggambarkan secara
sederhana apa yang telah diketahui supervisor.
4.
Anggaran secara teratur digunakan
untuk menggerakkan supervisor sehingga ukuran-ukuran kinerja dapat
diperkirakan.
5.
Anggaran melaporkan penekanan pada
hasil bukan pada sebab.
6.
Anggaran mengganggu gaya
kepemimpinan para supervisor.
7.
Anggaran cenderung memberi tekanan
pada kegagalan.
2.
Resistance
Meskipun
anggaran digunakan secara luas dan sangat mendukung, namun tetap ditolak oleh banyak
anggota organisasi. Alasan penolakan ini antara lain :
a.
Anggaran membawa
perubahan, dengan demikian mengancam status quo. Sumber-sumber
pustaka ilmu sosial, manajemen, dan bidang ilmu perilaku organisasi dapat
menjelaskan fenomena penolakan terhadap adanya perubahan tersebut.
Banyak orang terbiasa untuk melakukan dan memandang sesuatu dengan cara
tersendiri dan tidak tertarik untuk melakukan suatu perubahan. Adalah merupakan
tantangan bagi manajemen untuk mengatasi penolakan untuk berubah ini
dan berhasil memberikan inovasi-inovasi yang dapat
meningkatkan kinerja organisasi.
b.
Proses anggaran membutuhkan
sejumlah besar perhatian dan menyita banyak waktu. Para manajer atau supervisor
merasa gerah dengan adanya kebutuhan perhatian dan waktu ini yang menyebabkan besarnya
tanggung jawab hari ke hari. Oleh karena itu, umumnya mereka tidak ingin
terlibat dalam proses penyusunan anggaran ini.
c.
Banyak manajer dan supervisor tidak
paham mengenai seluk beluk penyusunan anggaran. Mereka takut atau tidak mau belajar
tentang perencanaan dan proses penyusunan anggaran agar dapat memberikan
kontribusi yang berarti.
3.
Internal Conflict
Anggaran
membutuhkan interaksi antara individu-individu pada berbagai tingkatan
organisasi. Konflik internal dapat berkembang sebagai hasil dari
interaksi-interaksi ini, atau sebagai hasil dari laporan kinerja yang
diperbandingkan antara satu departemen dengan departemen lainnya. Gejala/tanda
yang paling umum dari adanya konflik adalah ketidakmampuan untuk mencapai
kerjasama antarindividu dan antarkelompok selama proses penyusunan budget.
Internal
konflik menciptakan persaingan dan permusuhan dalam lingkungan kerja. Konflik
dapat menyebabkan orang untuk terfokus khusus pada kebutuhan departemennya
sendiri dari pada kebutuhan organisasi secara menyeluruh. Situasi ini
membuat congruence menjadi lebih sulit, atau bisa jadi tidak
mungkin, untuk dicapai. Hal itu membangkitkan/menimbulkan kebencian
pada manajemen dan, selanjutnya, pada anggaran. Untuk membuat segalanya bekerja
dengan baik, tekanan dapat diturunkan dan ditolak/dilawan oleh manajer tingkat
bawah, yang pada akhirnya mengakibatkan tekanan dan konflik yang lebih besar
lagi. Persaingan ini dapat meningkat sementara kualitas kerja
akan menurun. Untuk mengurangi/ menghilangkan tekanan ini, kesalahan akan
ditumpahkan pada individu-individu atau kelompok tertentu. Hal ini berikutnya
akan membuat konflik yang lebih parah lagi antara individu dan organisasi.
Untuk
mengakhiri rantai/lingkaran kemelut ini, manajemen harus mengidentifikasi dan
mendiagnosa penyebabnya. Selanjutnya dilakukan kegiatan
kegiatan yang dapat mengurangi/menghilangkan konflik internal
serta membangun keharmonisan dan hubungan kerja yang produktif.
4.
Other Unwanted Side Effects
Anggaran
dapat menghasilkan efek-efek samping lainnya yang tidak diharapkan. Salah satunya
adalah terbentuknya kelompok-kelompok (informal) kecil yang menggagalkan
pencapaian sasaran-sasaran anggaran. Kelompok-kelompok karyawan ini pada
awalnya dibentuk untuk memerangi konflik internal dan tekanan yang muncul
akibat adanya anggaran. Tujuan mereka adalah untuk mengurangi tekanan. Namun,
tujuan mereka dapat berlawanan dengan tujuan organisasi, dan akibatnya yang
ditimbulkan dari aktivitas mereka justru berlawanan dengan tujuan
semula yaitu mengurangi tekanan tersebut. Kelompok karyawan ini kadang-kadang
melemparkan tanggung jawab pada departemen lain, mempertanyakan validitas data
anggaran, dan mempengaruhi dengan cara-cara yang tidak baik/perlu.
Situasi ini menyulitkan fungsi staff akuntansi untuk melaksanakan
tugasnya secara efektif, menciptakan suatu tekanan dalam iklim organisasi, dan
mengganggu kegunaan anggaran.
Anggaran
umumnya dianggap sebagai alat manajer untuk menekan. Orang akan merasa ditekan
ketika top manajemen mencoba meningkatkan efisiensi melalui
pemberlakuan output yang optimal dari input yang minimal. Sebenarnya
tekanan diperlukan, tetapi tekanan yang berlebihan dapat mengakibatkan
frustasi, kemarahan, dan penyakit-penyakit fisik yang diakibatkan oleh stress.
Dalam kaitannya dengan penyakit fisik akibat stress dalam pekerjaan berikut
diberikan ilustrasinya.
Tekanan
anggaran paling parah dirasakan oleh para supervisor yang bertanggung jawab
atas tercapainya sasaran tertentu. Karena para supervisor umumnya
tidak dapat melemparkan tanggung jawab ini pada bawahannya, mereka melakukan
berbagai penyimpangan, salah satunya dengan cara mengubah proses pengukuran.
Hal ini dilakukan dengan cara memanipulasi dan atau membuat keputusan
operasional yang dapat meningkatkan kinerja tetapi dapat merugikan perusahaan
dalam jangka panjang. Sebagai contoh, seorang mandor dapat menunda
kebutuhan pemeliharaan, membebankan beban tertentu pada akun lain, atau
mengendurkan anggaran untuk meningkatkan kinerjanya.
Anggaran
juga dapat menekan inisiatif individu dan inovasi-inovasi karena lebih memilih
menggunakan metode-metode usaha dengan kemungkinan keberhasilan yang
telah diketahui dari pada metode-metode baru dengan kesempatan sukses belum
pasti. Sehingga, individu-individu dalam organisasi umumnya kehilangan semangat
inovasi.
Masalah-masalah
yang berkaitan dengan proses anggaran mengakibatkan perlunya
pertimbangan-pertimbangan cermat yang dibutuhkan untuk mendapatkan efek samping
yang diharapkan. Untuk membuat anggaran dapat berjalan semestinya, karyawan
harus mengetahui fungsi /manfaat anggaran sebagai alat positif untuk
melancarkan kegiatan organisasi. Daripada memandang anggaran sebagai suatu alat
keji yang menekan karyawan, lebih baik belajar untuk
menerima anggaran sebagai alat untuk membangun kesesuaian sasaran dan sebagai
standar kinerja yang memberikan keuntungan bagi seluruh anggota organisasi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
makalah yang saya buat tentang Perilaku Orang Dalam Menyusun Suatu Budget, maka
agar tidak terjadi penyelewengan dalam penggunaan budget orang tersebut harus
memiliki tujuan dalam penyusunan suatu budget. Selain itu orang yang menyusun
budget harus terhindar dari segala sesuatu yang bersifat menekan.
DAFTAR PUSTAKA
Blocher,
Edward J., Chen, Kung H., and Lin, Thomas W. 2000. Manajemen Biaya.
Terjemahan oleh Susty Ambarriani. Jakarta : salemba Empat.
Chalos,
Peter and Poon, Margaret C. C. 2000. Participation and Performance in
Capital Budgeting Teams. Behavioral Research in Accounting. Volume 11.
Comerford,
Sue E. and Abernety, Margaret A. 1999. Budgeting and the Management of
Role Conflict in Hospitals. Behavioral Research in Accounting. Volume 11.
Fandy
Tjiptono dan Anastasia Diana. 2003. Total Quality management.
Yogyakarta : Penerbit Andi.
Garrison,
Ray H. and Noreen, Eric W. 2000. Akuntansi manajerial. Terjemahan
oleh A. Totok Budisantoso. Jakarta : Salemba Empat.
Gary
Siegel and Helene Ramanauskas-Marconi. 1989. Behavioral Accounting.
Ohio : South-Western Publishing Co.
Kreitner,
Robert and Kinicki, Angelo. 2003. Perilaku Organisasi. Terjemahan
oleh Erly Suandy. Jakarta : Salemba Empat.
Robbins,
Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi. Terjemahan oleh Tim
indeks. Jakarta : Indeks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar