Minggu, 19 Juni 2016

TUGAS ILMU FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM



BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Filsafat merupakan pandangan hidup yang erat hubungannya dengan nilai-nilai sesuatu yang dianggap benar. Jika filsafat dijadikan pandangan hidup oleh sesuatu masyarakat, maka mereka berusaha untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan nyata. Jelaslah bahwa filsafat sebagai pandangan hidup suatu bangsa berfungsi sebagai tolok ukur bagi nilai-nilai tentang kebenaran yang harus dicapai. Adapun untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dilakukan dengan berbagai cara salah satunya lewat pendidikan.

Pada dasarnya pendidikan memerlukan landasan yang berasal dari filsafat atau hal-hal yang berhubungan dengan filsafat. Sebagai landasan karena filsafat melahirkan pemikiran-pemikiran yang teoritis tentang pendidikan dan dikatakan hubungan karena berbagai pemikiran tentang pendidikan memerlukan bantuan penyelesaiaannya dari filsafat. Melakukan pemikiran pada hakikatnya adalah usaha menggerakkan semua potensi psikologi manusia seperti pikiran, kecerdasan, kemauan, perasaan, ingatan serta pengamatan panca indera tentang gejala kehidupan terutama manusia dan alam semesta sebagai ciptaan.

B.            Rumusan Masalah
1.             Tuhan Dalam Filsafat Pendidikan Islam
2.             Manusia dalam Filsafat Islam
3.             Alam Dalam Filsafat Pendidikan Islam

C.           Tujuan Penulisan
Adapaun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui Tuhan, Manusia, Alam dan pengembangannya dalam perspektif para tokoh islam serta dalam filsafat pendidikan islam.

BAB II
PEMBAHASAN

A.           Tuhan Dalam Filsafat Pendidikan Islam
1.             Apakah Tuhan itu
Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam.
Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa (tauhid). Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa. Menurut Al-Quran terdapat 99 Nama Allah (asma'ul husna artinya: "nama-nama yang paling baik") yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda. Semua nama tersebut mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas. Di antara 99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan paling sering digunakan adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha Penyayang" (ar-rahim).
Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu tindakan kemurahhatian yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan menjadi saksi atas keesan-Nya dan kuasa-Nya. Menurut ajaran Islam, Tuhan muncul dimana pun tanpa harus menjelma dalam bentuk apa pun. Al-Quran menjelaskan, "Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui." (Al-'An'am 6:103).
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang personal: Menurut Al-Quran, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang diridhai-Nya.”



2.             Bukti – bukti adanya Tuhan
Keberadaan manusia dan kehidupan: dia adalah sesuatu yang baru yang memiliki permulaan dan akhir, membutuhkan pada yang lain. Sedangkan sesuatu yang baru dan butuh pada yang lain ia adalah makhluq, dan makluq itu harus ada yang menciptakanya, dan Pencipta (Khaliq) yang Maha Agung ini adalah (Allah).
Dan Allah adalah yang telah mengabarkan akan Dzat-Nya  yang Suci sendiri, bahwasanya Dialah Pencipta ( Khaliq ), Yang Mengurus semua yang ada, sedangkan kabar ini datangnya dari Allah Ta’ala dalam kitab-kitab-Nya, yang telah diturunkan pada para Rasul-Nya.
Dan Rasulullah telah menyampaikan Firman-Nya pada manusia, mengajak mereka untuk beriman pada-Nya dan hanya beribadah pada-Nya.
Allah Ta’ala telah berfirman dalam kitab-Nya yang Agung:
}إِنَّ رَبَّكُمُ اللّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلاَ لَهُ الْخَلْقُ وَالأَمْرُ تَبَارَكَ اللّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ{ (54) سورة الأعراف “
Sesungguhnya Rob kalian semua adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam masa enam hari, kemudian Dia bersemayam diatas Arsy.Dia menutupkan malam pada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakannya pula_ matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk pada perintah-Nya, Ingatlah menciptakan dan memerintah itu hanyalah hak Allah, Maha suci Allah Rob semesta alam “. (QS, 7;54)
Makna secara umum dari ayat yang mulia ini : “ Allah mengabarkan pada seluruh manusia bahwa Dia adalah Rob mereka yang telah menciptakan mereka dan menciptakan langit dan bumi dalam enam hari[1] dan mengabarkan bahwa Dia Bersemayam diatas Arsy-Nya.[2]
Dan Arsy itu diatas langit, sedangkan arsy itu merupakan makluq yang tertinggi dan terluas, Dan Allah berada diatas Arsy ini, Allah bersama seluruh makhluqnya dengan Ilmu-Nya, Pendengaran-Nya dan Penglihatan-Nya.
Tidak ada sesuatu urusan makhluqpun yang tersembunyi dari-Nya, dan Allah yang Maha Perkasa mengabarkan bahwa Dia menjadikan malam menutup siang dengan kegelapannya, kemudian siang mengikutinya dengan cepat, Diapun mengabarkan bahwa Dia menciptakan matahari, bulan dan bintang-bintang, semuanya tunduk dan berjalan diatas peredarannya dengan perintah-Nya, dan Allah mengabarkan juga bahwa hanya bagi-Nya lah urusan penciptaan dan pengaturan alam semesta ini, Dia  yang Maha Sempurna Dzat dan sifat-sifat-Nya, yang memberikan kebaikan yang banyak dan terus-menerus, dan Dialah Rob alam semesta yang menciptakan mereka dan mendidiknya dengan nikmat-Nya.
Allah Ta’ala Berfirman :
}وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ {(37) سورة فصلت
“Dan sebagaian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah malam, siang, matahari dan bulan . Janganlah bersujud pada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan,tapi bersujudlah pada Allah, yang menciptakannya,  jika kamu hanya kepada-Nya berserah diri”.  (QS, 41;37)

B.            Manusia dalam Filsafat Islam
1.             Manusia dalam pandangan para Filosof  Islam
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka bumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.
Tujuan dan fungsi penciptaan manusia dapat diklasifikasikan kepada dua, yaitu; sebagai khalifah; dan ‘abd (pengabdi Allah). Manusia itu terdiri dari 3 unsur yakni
o      Jasmani; terdiri atas air, kapur, angin, api dan tanah.
o      Ruh; Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.
o      Jiwa (an nafsun/rasa dan perasaan); Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat di kelompokkan pada dua hal yaitu potensi fisik dan potensi rohania.

Jadi, hakekat manusia harus dilihat pada tahapannya nafs, keakuan, diri, ego dimana pada tahap ini semua unsur membentuk keatuan diri yang aktual, kekinian dan dinamik, dan aktualisasi kekinian yang dinamik yang bearada dalam perbuatan dan amalnya. Secara subtansial dan moral manusia lebih jelek dari pada iblis, tetapi secara konseptual manusia lebih baik karena manusia memiliki kemampuan kreatif. Tahapan nafs hakekat manusia ditentukan oleh amal, karya dan perbuatannya, sedangkan pada ke tauhid hakekat manusia dan fungsinya manusia sebagai ‘adb dan khalifah dan kekasatuan aktualisasi sebagai kesatuan jasad dan ruh yang membentuk pada tahapan nafs secara actual.
Manusia yang melakukan refleksi menyadari bahwa ia mahluk yang berdimensional dan bersifat unik. Manusia menjadikan ia yang bertanggungjawab pada eksistensinya yang berbagai macam dimensi tersebut. Manusia dalam eksistensinya sebagai al-insan, al-basyar, ‘abdullah, annas, dan khalifah. Manusia dalam eksistensi tersebut dikarenakan potensi yang berada dalam diri manusia seperti intelektual, bilogis, spiritual, sosial dan estetika. Sifat dari manusia tersebut adalah mahluk yang bebas berkreatif dan mahluk bersejarah dengan diliputi oleh nilai-nilai trasendensi yang selalu menuju kesempurnaan. Hal tersebut menjadikan manusia yang memiliki sifat dan karaktersistik profetik. Pembebasan yang dilakukan oleh manusia adalah pembebasan manusia dari korban penindasan sosialnya dan pembebasan dari alienasi antara eksistensi dan esensinya sehingga manusia menjadi diri sendiri, tidak menjadi budak orang lain. Manusia yang bereksistensi dalam kelima tersebut menjadikan ia sebagai mahluk pengganti Tuhan dan menjalankan tugas Tuhan dalam memakmurkan bumi.
Secara etimologi berasal dari kosa kata bahasa Arab yakni fa-tha-ra yang berarti “kejadian”, oleh karena kata fitrah itu berasal dari kata kerja yang berarti menjadikan. Dalil yang menerangkan dalam surat ar-Rum ayat 30, artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan (fathara) manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Pandangan Islam tentang manusia, antara lain pertama, konsep Islam tentang manusia, khususnya anak sebagai subjek didik. Kedua, peranan pendidikan atau pengarah perkembangan. Ketiga, profil manusia muslim dan keempat, metodologi pendidikan.

2.             Tokoh Lain Islam
1.             Konsep pemikiran Al-Ghazali tentang manusia sangat komprehensif. Ia menyatakan pengenalan hakikat diri adalah dasar untuk mengenal Tuhan. Al-Ghazali merupakan salah satu ulama yang juga pemikir besar muslim yang karya-karyanya banyak menyinggung masalah manusia. Beliau merupakan orang yang ulet dalam mencari dan menggeluti segala pengetahuan yang hendak di ketahuinya untuk mencapai keyakinan dan hakikat dari suatu kebenaran.
Berdasarkan hal ini, maka dalam tulisan ini akan dijelaskan tentang Manusia dalam Perspektif Al-Ghazali yang meliputi, diantaranya : (1) Hakikat Manusia, (2) Hikayat Insan, dan (3) Sifat Manusia, Pengembangan dan Pengetahuannya. Semoga dengan kajian ini kita dapat mengetahui pola pemikiran dari Al-Ghazali tentang manusia yang dapat membangkitkan kembali pemikiran intelektual dari kaum muslim.

2.             Dalam pandangan Ibnu Khaldun, manusia secara eksistensial adalah makhluk yang terdiri dari jasmani dan rohani,[13] dalam kemampuannya manusia berhubungan dengan realitas “atas” dan “bawah”. Melalui realitas bawah manusia berhubungan dengan raga dan lewat raga berhubungan dengan dunia fisik, sedangkan melalui realitas atas, jiwa manusia berhubungan dengan dunia ruhaniyah, itulah yang disebut dengan dunia malaikat.[14]
Yang membedakan antara manusia dengan binatang adalah kemampuan sapiens, economicus, dan religius, hal ini dikarenakan manusia memiliki perangakat yang tidak dimiliki oleh binatang yaitu akal dan kemampuan berfikir, binatang hanya memiliki nafsu syahwat, tidak mempunyai akal.
Sedangkan yang membedakan antara manusia dengan malaikat adalah manusia mempunyai akal dan nafsu syahwat, sedang malaikat hanya  mempunyai akal, tidak mempunyai nafsu syahwat. Maka dengan akalnya manusia mempunyai bagian tingkah laku seperti bagian yang dimiliki oleh malaikat, dan dengan tabiatnya/nafsu syahwatnya manusia memiliki bagian tingkah laku seperti bagian yang dimiliki oleh binatang. Oleh karena itu apabila tabiatnya/nafsu syahwatnya itu mengalahkan akalnya maka dia akan lebih jelek dari pada binatang. Dan begitu juga sebaliknya apabila akalnya dapat mengalahkan tabiatnya/nafsu syahwatnya maka dia lebih baik dari pada malaikat.[15]
Manusia diciptakan Allah SWT dalam struktur yang paling baik diantara makhluk yang baik. Ia juga dilahirkan dalam keadaan fitrah, bersih dan tidak ternoda. Pengaruh-pengaruh yang datang kemudianlah yang akan menentukan seseorang dalam mengemban amanat sebagai khalifah-Nya.[16] Sebagaimana Nabi Muhammad bersabda :
عن أبى هريرة ؛ أنه كان يقول : قال رسول الله صلى الله عليه  وسلم
ما من مولود الا يولد علىالفطرة  فأبواه يهودانه  وينصرانه  ويمجسانه.
(رواه    مسلم) [17]

Artinya  :  “Dari Abu Hurairah katanya : Bersabda Rasulullah Saw. tiap-tiap anak dilahirkan dengan keadaan putih bersih maka dua ibu bapaknya yang meng-Yahudikan atau me-Nasranikan atau me-Majusikan”. (H.R. Muslim).

C.           Alam Dalam Filsafat Pendidikan Islam
1.             Pendangan Islam mengenai Alam
Menurut pandangan Al Quran, penciptaan alam semesta dapat dilihat pada surat Al Anbiya ayat 30.
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”
Menurut ayat di atas dikatakan bahwa langit dan bumi dahulunya merupakan satu kesatuan yang padu.
 “Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi, “  Datanglah kamu keduanya menuruti perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya  menjawab, “Kami datang dengan suka hati”
 “ Maka Dia menjadikannya 7 langit dalam 2 masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya`” ( Fushshilat 11-12)
 Surat ini menerangkan bahwa yang pertama kali Allah ciptakan sebelum ada bintang-bintang dan galaksi, adalah bumi, kemudian Allah swt siapkan makanan di bumi bagi subject utama penciptaan alam semesta , yaitu manusia. Baru setelah itu Allah ciptakan langit dan bintang-bintang dalam enam masa. Seperti diterangkan dalam Surat Al A’raf ayat 54, alam semesta ini diciptakan selama 6 masa. Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. Bumi sebelumnya adalah planet yang mati dan Allah menghidupkannya dengan menu-runkan air dari langit.
 “ Dan Allah menurunkan dari langit air dan dengan air itu dihidupkannya bumi sesudah matinya.”. (QS`An Nahl ; 65). Pertanyaannya adalah darimana air ini berasal ? Padahal waktu itu belum ada awan yang bisa menghasilkan hujan, belum ada langit yang bisa menahan uap air. Maka satu-satunya kemungkinan asal air adalah dari Arasynya Allah.
 “ Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar kuasa menghilangkannya.”( QS  Al- Mu’minun ; 18 )  Perhatikan kalimat “lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi” , ini menerangkan bahwa air bukanlah pemukim asli bumi tetapi pendatang  (alien).
 “ ……….Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup, Maka mengapakah mereka tiada juga beriman “ ( QS. Al-Anbiya ;30 ).
 “ …. Maka Kami tumbuhkan dengan air itu berjenis-jenis tumbuhan yang bermacam-macam “ ( QS Tha Ha ; 53)
 “Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air(QS. An Nur; 45).
 Ketiga ayat tersebut makin menjelaskan kepada kita bahwa setelah air diturunkan ke bumi,  maka sebelum Allah ciptakan hewan , tentunya yang terlebih dahulu Allah cipakan adalah tumbuh-tumbuhan sebagai cadangan makanan hewan. Kemudian hewan-hewan ada juga yang menjadi cadangan makanan untuk hewan-hewan predator. Semua jenis hewan, baik burung maupun hewan darat, ternyata menurut ilmu pengetahuan memang asal-usulnya dari hewan air.
 Misteri berikutnya adalah dikatakan dalam Al Qur’an bahwa langit dan bumi dulunya adalah suatu yang padu. Jadi bukan bumi dan bintang-bintang yang dulunya sesuatu yang padu.
 “ ………bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya…. “ ( QS. Al-Anbiya ;30 ).
 Selanjutnya  Allah swt katakan menciptakan langit dari asap (lihat kembali surat Al Fushilat ayat 11). Bumi, sebelum Allah swt hidupkan dengan menurunkan air dari langit, pada mulanya adalah sebuah bola api yang sangat panas. Ilmu pengetahuanpun mengakui hal tersebut. Tetapi tanpa perlu pembuktian, kita tahu bahwa perut bumi masih mengandung lumpur dan lahar yang sangat panas sampai saat ini. Sebuah benda yang panas, seperti sebatang besi yang membara misalnya, apabila disiram air akan menyebabkan munculnya asap dan uap air. Demikian juga dengan bola panas bumi pada waktu air diturunkan maka dia mengeluarkan asap dan uap air. Apa bedanya asap dengan uap air ? Asap bersifat adhesive (mengikat) sedangkan uap bersifat kohesip (tidak mengikat). Asap dari bumi inilah yang kemudian Allah swt ciptakan menjadi langit yang tujuh lapis. Kemudian dalam tempurung langit yang pertama Allah ciptakan bintang-bintang. Darimana Allah swt ciptakan bintang-bintang. Wallahu a’lam, tidak ada penjelasan dalam Al Qur’an. Allah swt Kuasa menciptakan segala sesuatunya dari yang tiada menjadi ada.

2.             Pandangan Tokoh Islam tentang Alam
1.             Al-Ghazali berpendapat bahwa dunia itu berasal dari iradat (kehendak) tuhan semat-mata, tidak bisa terjadi dengan sendirinya. Iradat tuhan itulah yang diartikan penciptaan. Iradat itu menghasilkan ciptaan yang berganda, di satu pihak merupakan undang-undang, dan di lain pihak merupakan zarah-zarah (atom-atom) yang masih abstrak. Penyesuaian antara zarah-zarah yang abstrak dengan undang-undang itulah yang merupakan dunia dan kebiasaanya yang kita lihat ini.

Iradat tuhan adalah mutlak, bebas dari ikatan waktu dan ruang, tetapi dunia yang diciptakan itu seperti yang dapat ditangkap dan dikesankan pada akal (intelek) manusia, terbatas dalam pengertian ruang dan waktu. Al-Ghazali menganggap bahwa tuhan adalah transenden, tetapi kemauan iradatnya imanen di atas dunia ini, dan merupakan sebab hakiki dari segala kejadian.

2.             Menurut Al-Jurjani, sebagaimana dikutip Toto Suharto menyatakan bahwa alam adalah segala hal yang menjadi tanda bagi suatu perkara sehingga dapat dikenali. Sedangkan secara terminolgi berarti segala sesuatu yang ada (maujud) selain Allah, yang dengan ini Allah dapat dikenali baik nama maupun sifat-sifat-Nya Segala sesuatu selain Allah itulah alam dalam pengertian yang sederhana.

Secara alamiah, manusia tumbuh berkembang sejak dalam kandungan sampai meninggal, mengalami proses tahap demi tahap. Demikian pula kejadian alam kejadian alam semesta ini diciptakan Tuhan melalui proses setingkat demi setingkat.
Pola perkembangan manusia dan kejadian alam semesta yang berproses demikian berlangsung diatas hukum alam yang ditetapkan oleh Allah sebagai “sunnatullah”.
Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia aspek rohaniah dan jasmaniah, juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena itu, suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimilisasi perkembangan/pertumbuhannya, baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses demi proses ke arah tujuan akhir perkembangan/pertumbuhannya.
Tidak ada satupun makhluk ciptaan Tuhan diatas bumi yang dapat mencapai kesempurnaan/kematangan hidup  tanpa berlangsung melalui suatu proses.
Konsep Islam tentang adanya beberapa alam berdasarkan periodisasi, ada : alam ruh/’alam dzurriy, alam dunia (termasuk alam rahim di dalamnya), alam kubur atau alam barzakh, dan alam akhirat. Diantara alam tersebut,ternyata alam dunia yang hanya “sekejap mata” itu menentukan nasib meraka di alam akhirat yang bermiliar-miliar kali lipat lebih lama  belum lagi kualitas kenikmatan dunia di akhirat, diyakini lebih jauh lebih tinggi hingga “tidak bisa dibandingkan” dengan kehidupan duniawi. Keimanan demikian ini bila menjadi akidah (mengikat), niscaya dapat memberikan kontribusi yang bersifat penanaman idealisme, pandangan serta cita-cita yang jauh lebih melewati alam dunia menerobos alam kehidupan dunia dan abadi setelah kematian, membuahkan harapan surgawi serta membuahkan nilai-nilai mendasar yang tumbuh dari iman.
Lebih dari itu jika terus digali, tentu banyak banyak hikmah lain dari pandangan islam tentang alam yang dapat memberikan kontribusi terhadap konseptualisasi pendidikan Islam.
Berpegang pada dalil-dalil Al-Qur’an yang ada, maka alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan adalah untuk kepentingan manusia agar manusia dapat menjalankan fungsi dan kedudukannya sebaagai manusia di muka bumisalah satunya adalah.
Firman Allah dalam Al-Qur’an :
اَلَمْ تَرَوْا اَنَّ اللهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَّا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْاَرْضِ وَاَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً... (لقمان :20)
Artinya : Tidak kamu lihat, bahwa Allah telah memudahkan untukmu apa-apa yang ada di langit dan apa-apa di bumi dan Ia telahsempurnakan atas kamu nikmat-nikmat-Nya, baik yang lahir maupun yang batin...(QS : Luqman : 20)





BAB III
PENUTUP

A.           Kesimpulan
1.             Alloh adalah nama khusus untuk Ilaah [Dzat Yang berhak disembah] alam semesta dan manusia, dan segala sesuatu,  dan nama ini nama ‘alam Alloh memberikan nama diri-Nya yang suci artinya llah Yang Haq.
2.             Tahapan dalam pencitaan ini, karena hikmah yang dikehendaki oleh Allah, padahal Dia mampu menciptakan seluruh makhluq lebih cepat dari kejapan mata, sebab Dia telah memberitakan jika berkehendak untuk menciptakan sesuatu cukup dengan mengatakan “Jadilah” maka jadilah.
3.             Alam adalah segala sesuatu yang ada atau yang dianggap ada oleh manusia di dunia ini selain Allah beserta Dzat dan sifat-Nya. Alam semesta adalah segala sesuatu yang ada pada diri manusia dan di luar dirinya yang merupakan suatu kesatuan system yang unik dan misterius dan dapat dicapai oleh indera manusia yang merupakan ciptaan Allah yang diurus dengan kehendak dan perhatian Allah.
4.             Al Qur’an menerangkan bahwa yang pertama kali Allah ciptakan sebelum ada bintang-bintang dan galaksi, adalah bumi, kemudian Allah swt siapkan makanan di bumi bagi subject utama penciptaan alam semesta , yaitu manusia. Baru setelah itu Allah ciptakan langit dan bintang-bintang dalam enam masa. Seperti diterangkan dalam Surat Al A’raf ayat 54, alam semesta ini diciptakan selama 6 masa.

B.            Saran
Kita seharusnya lebih mengembangkan pengetehuan tentang referensi konsep tentang islam terutama mengenai filsafat ketuhanan, manusia alam beserta pandangan para tokoh islam dalam filsafat islam agar kita lebih memahami lagi pengetahuan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar