BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Filsafat merupakan pandangan hidup yang erat hubungannya
dengan nilai-nilai sesuatu yang dianggap benar. Jika filsafat dijadikan
pandangan hidup oleh sesuatu masyarakat, maka mereka berusaha untuk mewujudkan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan nyata. Jelaslah bahwa filsafat sebagai
pandangan hidup suatu bangsa berfungsi sebagai tolok ukur bagi nilai-nilai
tentang kebenaran yang harus dicapai. Adapun untuk mewujudkan nilai-nilai
tersebut dilakukan dengan berbagai cara salah satunya lewat pendidikan.
Pada dasarnya pendidikan memerlukan landasan yang berasal
dari filsafat atau hal-hal yang berhubungan dengan filsafat. Sebagai landasan
karena filsafat melahirkan pemikiran-pemikiran yang teoritis tentang pendidikan
dan dikatakan hubungan karena berbagai pemikiran tentang pendidikan memerlukan
bantuan penyelesaiaannya dari filsafat. Melakukan pemikiran pada hakikatnya
adalah usaha menggerakkan semua potensi psikologi manusia seperti pikiran,
kecerdasan, kemauan, perasaan, ingatan serta pengamatan panca indera tentang
gejala kehidupan terutama manusia dan alam semesta sebagai ciptaan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Tuhan Dalam Filsafat Pendidikan
Islam
2.
Manusia dalam Filsafat Islam
3.
Alam Dalam Filsafat Pendidikan Islam
C.
Tujuan Penulisan
Adapaun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk
mengetahui Tuhan, Manusia, Alam dan pengembangannya dalam perspektif para tokoh
islam serta dalam filsafat pendidikan islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Tuhan Dalam Filsafat Pendidikan Islam
1.
Apakah Tuhan itu
Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah
dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha
Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam.
Islam menitik beratkan konseptualisasi
Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa (tauhid). Dia itu wahid dan Esa
(ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa. Menurut Al-Quran terdapat 99 Nama Allah
(asma'ul husna artinya: "nama-nama yang paling baik") yang mengingatkan
setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda. Semua nama tersebut mengacu pada Allah,
nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas. Di antara 99 nama Allah tersebut, yang
paling terkenal dan paling sering digunakan adalah "Maha Pengasih"
(ar-rahman) dan "Maha Penyayang" (ar-rahim).
Penciptaan dan penguasaan alam semesta
dideskripsikan sebagai suatu tindakan kemurahhatian yang paling utama untuk
semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan menjadi saksi atas keesan-Nya dan
kuasa-Nya. Menurut ajaran Islam, Tuhan muncul dimana pun tanpa harus menjelma
dalam bentuk apa pun. Al-Quran menjelaskan, "Dia tidak dapat dicapai oleh
penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah
Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui." (Al-'An'am 6:103).
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung
dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang personal: Menurut Al-Quran, Dia lebih
dekat pada manusia daripada urat nadi manusia. Dia menjawab bagi yang
membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua,
Dia memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang diridhai-Nya.”
2.
Bukti – bukti adanya Tuhan
Keberadaan manusia dan kehidupan: dia adalah sesuatu yang
baru yang memiliki permulaan dan akhir, membutuhkan pada yang lain. Sedangkan
sesuatu yang baru dan butuh pada yang lain ia adalah makhluq, dan makluq itu
harus ada yang menciptakanya, dan Pencipta (Khaliq) yang Maha Agung ini adalah
(Allah).
Dan Allah adalah yang telah mengabarkan akan Dzat-Nya yang Suci sendiri, bahwasanya Dialah Pencipta
( Khaliq ), Yang Mengurus semua yang ada, sedangkan kabar ini datangnya dari
Allah Ta’ala dalam kitab-kitab-Nya, yang telah diturunkan pada para Rasul-Nya.
Dan Rasulullah telah menyampaikan Firman-Nya pada manusia,
mengajak mereka untuk beriman pada-Nya dan hanya beribadah pada-Nya.
Allah Ta’ala telah berfirman dalam kitab-Nya yang Agung:
}إِنَّ رَبَّكُمُ اللّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ
فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ
يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ
أَلاَ لَهُ الْخَلْقُ وَالأَمْرُ تَبَارَكَ اللّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ{ (54) سورة
الأعراف “
Sesungguhnya Rob kalian semua adalah Allah yang telah
menciptakan langit dan bumi dalam masa enam hari, kemudian Dia bersemayam
diatas Arsy.Dia menutupkan malam pada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan
(diciptakannya pula_ matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk
pada perintah-Nya, Ingatlah menciptakan dan memerintah itu hanyalah hak Allah, Maha
suci Allah Rob semesta alam “. (QS, 7;54)
Makna secara umum dari ayat yang mulia ini : “ Allah
mengabarkan pada seluruh manusia bahwa Dia adalah Rob mereka yang telah
menciptakan mereka dan menciptakan langit dan bumi dalam enam hari[1] dan
mengabarkan bahwa Dia Bersemayam diatas Arsy-Nya.[2]
Dan Arsy itu diatas langit, sedangkan arsy itu merupakan
makluq yang tertinggi dan terluas, Dan Allah berada diatas Arsy ini, Allah
bersama seluruh makhluqnya dengan Ilmu-Nya, Pendengaran-Nya dan
Penglihatan-Nya.
Tidak ada sesuatu urusan makhluqpun yang tersembunyi
dari-Nya, dan Allah yang Maha Perkasa mengabarkan bahwa Dia menjadikan malam
menutup siang dengan kegelapannya, kemudian siang mengikutinya dengan cepat,
Diapun mengabarkan bahwa Dia menciptakan matahari, bulan dan bintang-bintang,
semuanya tunduk dan berjalan diatas peredarannya dengan perintah-Nya, dan Allah
mengabarkan juga bahwa hanya bagi-Nya lah urusan penciptaan dan pengaturan alam
semesta ini, Dia yang Maha Sempurna Dzat
dan sifat-sifat-Nya, yang memberikan kebaikan yang banyak dan terus-menerus,
dan Dialah Rob alam semesta yang menciptakan mereka dan mendidiknya dengan
nikmat-Nya.
Allah Ta’ala Berfirman :
}وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ
لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ
إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ {(37) سورة فصلت
“Dan sebagaian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah malam,
siang, matahari dan bulan . Janganlah bersujud pada matahari dan janganlah
(pula) kepada bulan,tapi bersujudlah pada Allah, yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya berserah diri”. (QS, 41;37)
B.
Manusia dalam Filsafat Islam
1.
Manusia dalam pandangan para
Filosof Islam
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah
diciptakan oleh Allah swt. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu
konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka bumi ini. Al-Quran
menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.
Tujuan dan fungsi penciptaan manusia dapat diklasifikasikan
kepada dua, yaitu; sebagai khalifah; dan ‘abd (pengabdi Allah). Manusia itu
terdiri dari 3 unsur yakni
o
Jasmani; terdiri atas air, kapur,
angin, api dan tanah.
o
Ruh; Terbuat dari cahaya (nur).
Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.
o
Jiwa (an nafsun/rasa dan perasaan);
Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang diberikan
pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat di
kelompokkan pada dua hal yaitu potensi fisik dan potensi rohania.
Jadi, hakekat manusia harus dilihat pada tahapannya nafs,
keakuan, diri, ego dimana pada tahap ini semua unsur membentuk keatuan diri
yang aktual, kekinian dan dinamik, dan aktualisasi kekinian yang dinamik yang
bearada dalam perbuatan dan amalnya. Secara subtansial dan moral manusia lebih
jelek dari pada iblis, tetapi secara konseptual manusia lebih baik karena
manusia memiliki kemampuan kreatif. Tahapan nafs hakekat manusia ditentukan
oleh amal, karya dan perbuatannya, sedangkan pada ke tauhid hakekat manusia dan
fungsinya manusia sebagai ‘adb dan khalifah dan kekasatuan aktualisasi sebagai
kesatuan jasad dan ruh yang membentuk pada tahapan nafs secara actual.
Manusia yang melakukan refleksi menyadari bahwa ia mahluk
yang berdimensional dan bersifat unik. Manusia menjadikan ia yang bertanggungjawab
pada eksistensinya yang berbagai macam dimensi tersebut. Manusia dalam
eksistensinya sebagai al-insan, al-basyar, ‘abdullah, annas, dan khalifah.
Manusia dalam eksistensi tersebut dikarenakan potensi yang berada dalam diri
manusia seperti intelektual, bilogis, spiritual, sosial dan estetika. Sifat
dari manusia tersebut adalah mahluk yang bebas berkreatif dan mahluk bersejarah
dengan diliputi oleh nilai-nilai trasendensi yang selalu menuju kesempurnaan.
Hal tersebut menjadikan manusia yang memiliki sifat dan karaktersistik
profetik. Pembebasan yang dilakukan oleh manusia adalah pembebasan manusia dari
korban penindasan sosialnya dan pembebasan dari alienasi antara eksistensi dan
esensinya sehingga manusia menjadi diri sendiri, tidak menjadi budak orang
lain. Manusia yang bereksistensi dalam kelima tersebut menjadikan ia sebagai
mahluk pengganti Tuhan dan menjalankan tugas Tuhan dalam memakmurkan bumi.
Secara etimologi berasal dari kosa kata bahasa Arab yakni
fa-tha-ra yang berarti “kejadian”, oleh karena kata fitrah itu berasal dari
kata kerja yang berarti menjadikan. Dalil yang menerangkan dalam surat ar-Rum
ayat 30, artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah,
tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan (fathara) manusia menurut
fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Pandangan Islam tentang manusia, antara lain pertama,
konsep Islam tentang manusia, khususnya anak sebagai subjek didik. Kedua,
peranan pendidikan atau pengarah perkembangan. Ketiga, profil manusia muslim
dan keempat, metodologi pendidikan.
2.
Tokoh Lain Islam
1.
Konsep pemikiran Al-Ghazali
tentang manusia sangat komprehensif. Ia menyatakan pengenalan hakikat diri
adalah dasar untuk mengenal Tuhan. Al-Ghazali merupakan salah satu ulama yang
juga pemikir besar muslim yang karya-karyanya banyak menyinggung masalah
manusia. Beliau merupakan orang yang ulet dalam mencari dan menggeluti segala
pengetahuan yang hendak di ketahuinya untuk mencapai keyakinan dan hakikat dari
suatu kebenaran.
Berdasarkan hal ini, maka dalam tulisan ini akan dijelaskan
tentang Manusia dalam Perspektif Al-Ghazali yang meliputi, diantaranya : (1)
Hakikat Manusia, (2) Hikayat Insan, dan (3) Sifat Manusia, Pengembangan dan
Pengetahuannya. Semoga dengan kajian ini kita dapat mengetahui pola pemikiran
dari Al-Ghazali tentang manusia yang dapat membangkitkan kembali pemikiran
intelektual dari kaum muslim.
2.
Dalam pandangan Ibnu Khaldun,
manusia secara eksistensial adalah makhluk yang terdiri dari jasmani dan
rohani,[13] dalam kemampuannya manusia berhubungan dengan realitas “atas” dan
“bawah”. Melalui realitas bawah manusia berhubungan dengan raga dan lewat raga
berhubungan dengan dunia fisik, sedangkan melalui realitas atas, jiwa manusia
berhubungan dengan dunia ruhaniyah, itulah yang disebut dengan dunia
malaikat.[14]
Yang membedakan antara manusia dengan binatang adalah
kemampuan sapiens, economicus, dan religius, hal ini dikarenakan manusia
memiliki perangakat yang tidak dimiliki oleh binatang yaitu akal dan kemampuan
berfikir, binatang hanya memiliki nafsu syahwat, tidak mempunyai akal.
Sedangkan yang membedakan antara manusia dengan malaikat
adalah manusia mempunyai akal dan nafsu syahwat, sedang malaikat hanya mempunyai akal, tidak mempunyai nafsu
syahwat. Maka dengan akalnya manusia mempunyai bagian tingkah laku seperti
bagian yang dimiliki oleh malaikat, dan dengan tabiatnya/nafsu syahwatnya
manusia memiliki bagian tingkah laku seperti bagian yang dimiliki oleh
binatang. Oleh karena itu apabila tabiatnya/nafsu syahwatnya itu mengalahkan
akalnya maka dia akan lebih jelek dari pada binatang. Dan begitu juga
sebaliknya apabila akalnya dapat mengalahkan tabiatnya/nafsu syahwatnya maka
dia lebih baik dari pada malaikat.[15]
Manusia diciptakan Allah SWT dalam struktur yang paling
baik diantara makhluk yang baik. Ia juga dilahirkan dalam keadaan fitrah,
bersih dan tidak ternoda. Pengaruh-pengaruh yang datang kemudianlah yang akan
menentukan seseorang dalam mengemban amanat sebagai khalifah-Nya.[16]
Sebagaimana Nabi Muhammad bersabda :
عن أبى هريرة ؛ أنه كان يقول : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم
ما من مولود الا يولد علىالفطرة فأبواه يهودانه وينصرانه
ويمجسانه.
(رواه مسلم) [17]
Artinya : “Dari Abu Hurairah katanya : Bersabda
Rasulullah Saw. tiap-tiap anak dilahirkan dengan keadaan putih bersih maka dua
ibu bapaknya yang meng-Yahudikan atau me-Nasranikan atau me-Majusikan”. (H.R.
Muslim).
C.
Alam Dalam Filsafat Pendidikan Islam
1.
Pendangan Islam mengenai Alam
Menurut pandangan Al Quran, penciptaan alam semesta dapat
dilihat pada surat Al Anbiya ayat 30.
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian
kami pisahkan antara keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”
Menurut ayat di atas dikatakan bahwa langit dan bumi
dahulunya merupakan satu kesatuan yang padu.
“Kemudian Dia menuju
langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan
kepada bumi, “ Datanglah kamu keduanya
menuruti perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab, “Kami datang dengan suka hati”
“ Maka Dia
menjadikannya 7 langit dalam 2 masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit
urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang
dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya`” ( Fushshilat 11-12)
Surat ini
menerangkan bahwa yang pertama kali Allah ciptakan sebelum ada bintang-bintang
dan galaksi, adalah bumi, kemudian Allah swt siapkan makanan di bumi bagi
subject utama penciptaan alam semesta , yaitu manusia. Baru setelah itu Allah
ciptakan langit dan bintang-bintang dalam enam masa. Seperti diterangkan dalam
Surat Al A’raf ayat 54, alam semesta ini diciptakan selama 6 masa. Sesungguhnya
Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan
bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan
dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. Bumi
sebelumnya adalah planet yang mati dan Allah menghidupkannya dengan menu-runkan
air dari langit.
“ Dan Allah
menurunkan dari langit air dan dengan air itu dihidupkannya bumi sesudah
matinya.”. (QS`An Nahl ; 65). Pertanyaannya adalah darimana air ini berasal ?
Padahal waktu itu belum ada awan yang bisa menghasilkan hujan, belum ada langit
yang bisa menahan uap air. Maka satu-satunya kemungkinan asal air adalah dari
Arasynya Allah.
“ Dan Kami turunkan
air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di
bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar kuasa menghilangkannya.”( QS Al- Mu’minun ; 18 ) Perhatikan kalimat “lalu Kami jadikan air itu
menetap di bumi” , ini menerangkan bahwa air bukanlah pemukim asli bumi tetapi
pendatang (alien).
“ ……….Dan dari air
Kami jadikan segala sesuatu yang hidup, Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman “ ( QS. Al-Anbiya ;30 ).
“ …. Maka Kami
tumbuhkan dengan air itu berjenis-jenis tumbuhan yang bermacam-macam “ ( QS Tha
Ha ; 53)
“Dan Allah telah
menciptakan semua jenis hewan dari air(QS. An Nur; 45).
Ketiga ayat tersebut
makin menjelaskan kepada kita bahwa setelah air diturunkan ke bumi, maka sebelum Allah ciptakan hewan , tentunya
yang terlebih dahulu Allah cipakan adalah tumbuh-tumbuhan sebagai cadangan
makanan hewan. Kemudian hewan-hewan ada juga yang menjadi cadangan makanan
untuk hewan-hewan predator. Semua jenis hewan, baik burung maupun hewan darat,
ternyata menurut ilmu pengetahuan memang asal-usulnya dari hewan air.
Misteri berikutnya
adalah dikatakan dalam Al Qur’an bahwa langit dan bumi dulunya adalah suatu
yang padu. Jadi bukan bumi dan bintang-bintang yang dulunya sesuatu yang padu.
“ ………bahwasanya langit
dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan
antara keduanya…. “ ( QS. Al-Anbiya ;30 ).
Selanjutnya Allah swt katakan menciptakan langit dari
asap (lihat kembali surat Al Fushilat ayat 11). Bumi, sebelum Allah swt hidupkan
dengan menurunkan air dari langit, pada mulanya adalah sebuah bola api yang
sangat panas. Ilmu pengetahuanpun mengakui hal tersebut. Tetapi tanpa perlu
pembuktian, kita tahu bahwa perut bumi masih mengandung lumpur dan lahar yang
sangat panas sampai saat ini. Sebuah benda yang panas, seperti sebatang besi
yang membara misalnya, apabila disiram air akan menyebabkan munculnya asap dan
uap air. Demikian juga dengan bola panas bumi pada waktu air diturunkan maka
dia mengeluarkan asap dan uap air. Apa bedanya asap dengan uap air ? Asap
bersifat adhesive (mengikat) sedangkan uap bersifat kohesip (tidak mengikat).
Asap dari bumi inilah yang kemudian Allah swt ciptakan menjadi langit yang
tujuh lapis. Kemudian dalam tempurung langit yang pertama Allah ciptakan bintang-bintang.
Darimana Allah swt ciptakan bintang-bintang. Wallahu a’lam, tidak ada
penjelasan dalam Al Qur’an. Allah swt Kuasa menciptakan segala sesuatunya dari
yang tiada menjadi ada.
2.
Pandangan Tokoh Islam tentang Alam
1.
Al-Ghazali berpendapat bahwa dunia
itu berasal dari iradat (kehendak) tuhan semat-mata, tidak bisa terjadi dengan
sendirinya. Iradat tuhan itulah yang diartikan penciptaan. Iradat itu
menghasilkan ciptaan yang berganda, di satu pihak merupakan undang-undang, dan
di lain pihak merupakan zarah-zarah (atom-atom) yang masih abstrak. Penyesuaian
antara zarah-zarah yang abstrak dengan undang-undang itulah yang merupakan
dunia dan kebiasaanya yang kita lihat ini.
Iradat tuhan adalah mutlak, bebas dari ikatan waktu dan
ruang, tetapi dunia yang diciptakan itu seperti yang dapat ditangkap dan
dikesankan pada akal (intelek) manusia, terbatas dalam pengertian ruang dan
waktu. Al-Ghazali menganggap bahwa tuhan adalah transenden, tetapi kemauan
iradatnya imanen di atas dunia ini, dan merupakan sebab hakiki dari segala
kejadian.
2.
Menurut Al-Jurjani, sebagaimana
dikutip Toto Suharto menyatakan bahwa alam adalah segala hal yang menjadi tanda
bagi suatu perkara sehingga dapat dikenali. Sedangkan secara terminolgi berarti
segala sesuatu yang ada (maujud) selain Allah, yang dengan ini Allah dapat
dikenali baik nama maupun sifat-sifat-Nya Segala sesuatu selain Allah itulah
alam dalam pengertian yang sederhana.
Secara alamiah, manusia tumbuh berkembang sejak dalam
kandungan sampai meninggal, mengalami proses tahap demi tahap. Demikian pula
kejadian alam kejadian alam semesta ini diciptakan Tuhan melalui proses
setingkat demi setingkat.
Pola perkembangan manusia dan kejadian alam semesta yang
berproses demikian berlangsung diatas hukum alam yang ditetapkan oleh Allah
sebagai “sunnatullah”.
Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi
manusia aspek rohaniah dan jasmaniah, juga harus berlangsung secara bertahap.
Oleh karena itu, suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimilisasi
perkembangan/pertumbuhannya, baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui
proses demi proses ke arah tujuan akhir perkembangan/pertumbuhannya.
Tidak ada satupun makhluk ciptaan Tuhan diatas bumi yang
dapat mencapai kesempurnaan/kematangan hidup
tanpa berlangsung melalui suatu proses.
Konsep Islam tentang adanya beberapa alam berdasarkan
periodisasi, ada : alam ruh/’alam dzurriy, alam dunia (termasuk alam rahim di
dalamnya), alam kubur atau alam barzakh, dan alam akhirat. Diantara alam
tersebut,ternyata alam dunia yang hanya “sekejap mata” itu menentukan nasib
meraka di alam akhirat yang bermiliar-miliar kali lipat lebih lama belum lagi kualitas kenikmatan dunia di
akhirat, diyakini lebih jauh lebih tinggi hingga “tidak bisa dibandingkan”
dengan kehidupan duniawi. Keimanan demikian ini bila menjadi akidah (mengikat),
niscaya dapat memberikan kontribusi yang bersifat penanaman idealisme,
pandangan serta cita-cita yang jauh lebih melewati alam dunia menerobos alam
kehidupan dunia dan abadi setelah kematian, membuahkan harapan surgawi serta
membuahkan nilai-nilai mendasar yang tumbuh dari iman.
Lebih dari itu jika terus digali, tentu banyak banyak
hikmah lain dari pandangan islam tentang alam yang dapat memberikan kontribusi
terhadap konseptualisasi pendidikan Islam.
Berpegang pada dalil-dalil Al-Qur’an yang ada, maka alam
semesta ini diciptakan oleh Tuhan adalah untuk kepentingan manusia agar manusia
dapat menjalankan fungsi dan kedudukannya sebaagai manusia di muka bumisalah
satunya adalah.
Firman Allah dalam Al-Qur’an :
اَلَمْ تَرَوْا اَنَّ اللهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَّا
فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْاَرْضِ وَاَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً...
(لقمان :20)
Artinya : Tidak kamu lihat, bahwa Allah
telah memudahkan untukmu apa-apa yang ada di langit dan apa-apa di bumi dan Ia
telahsempurnakan atas kamu nikmat-nikmat-Nya, baik yang lahir maupun yang
batin...(QS : Luqman : 20)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Alloh adalah nama khusus untuk
Ilaah [Dzat Yang berhak disembah] alam semesta dan manusia, dan segala sesuatu, dan nama ini nama ‘alam Alloh memberikan nama
diri-Nya yang suci artinya llah Yang Haq.
2.
Tahapan dalam pencitaan ini,
karena hikmah yang dikehendaki oleh Allah, padahal Dia mampu menciptakan
seluruh makhluq lebih cepat dari kejapan mata, sebab Dia telah memberitakan
jika berkehendak untuk menciptakan sesuatu cukup dengan mengatakan “Jadilah”
maka jadilah.
3.
Alam adalah segala sesuatu yang
ada atau yang dianggap ada oleh manusia di dunia ini selain Allah beserta Dzat
dan sifat-Nya. Alam semesta adalah segala sesuatu yang ada pada diri manusia
dan di luar dirinya yang merupakan suatu kesatuan system yang unik dan
misterius dan dapat dicapai oleh indera manusia yang merupakan ciptaan Allah
yang diurus dengan kehendak dan perhatian Allah.
4.
Al Qur’an menerangkan bahwa yang
pertama kali Allah ciptakan sebelum ada bintang-bintang dan galaksi, adalah
bumi, kemudian Allah swt siapkan makanan di bumi bagi subject utama penciptaan
alam semesta , yaitu manusia. Baru setelah itu Allah ciptakan langit dan
bintang-bintang dalam enam masa. Seperti diterangkan dalam Surat Al A’raf ayat
54, alam semesta ini diciptakan selama 6 masa.
B.
Saran
Kita seharusnya lebih mengembangkan pengetehuan tentang
referensi konsep tentang islam terutama mengenai filsafat ketuhanan, manusia alam
beserta pandangan para tokoh islam dalam filsafat islam agar kita lebih
memahami lagi pengetahuan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar